BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Persamaan diferensial seringkali muncul dalam model
matematika yang mencoba menggambarkan keadaan kehidupan nyata. Banyak hukum-hukum alam dan
hipotesa- hipotesa dapat diterjemahkan ke dalam
persamaan yang mengandung turunan melalui bahasa matematik. Sebagai
contoh, turunan- turunan dalam fisika muncul sebagai kecepatan dan percepatan,
dalam geometri sebagai kemiringan (tanjakan), dalam biologi sebagai
lajur pertambahan populasi, dalam psikologi sebagai lajur belajar, dalam kimia
sebagai lajur reaksi, dalam ekonomi sebagai laju perubahan biaya hidup, dan dalam keuangan
sebagai laju pertambahan investasi (Finisio, N., Ladas, G.. 1988).
Keadaan inilah yang merupakan persoalan pada banyak
model-model matematika sehingga untuk memperoleh suatu persamaan diferensial
yang melukiskan suatu persoalan kehidupan nyata, biasanya dimisalkan bahwa
keadaan sebenarnya diatur oleh hukum- hukum yang sangat sederhana, katakanlah
kita sering membuat pemisalan yang ideal. Model
matematik tersusun dalam bentuk persamaan diferensial. Penyelesaian dari
persamaan diferensial tersebut dapat digunakan untuk membuat perkiraan mengenai
kelakuan masalah sebenarnya. Bila perkiraan itu tidak sesuai dengan kenyataan
maka harus diubah pemisalan- pemisalannya untuk mengarahkan dan mengusahakan
membentuk suatu model yang lebih mendekati kenyataan (Finisio, N., Ladas, G..
1988).
Dalam menentukan suatu solusi dari persamaan diferensial perlu
diketahui beberapa metode beserta teknik penyelesaiannya. Beberapa metode dalam
persamaan diferensial linear orde n yang dipilih penulis anara lain
metode koefisien tak tentu, metode pemisahan variabel dan metode faktor
pengintegralan. Metode pemisahan variabel tersebut berupa persamaan diferensial
terpisahkan, persamaan diferensial reduksi terpisahkan, persamaan diferensial
dengan koefisien fungsi linear dan persamaan diferensial riccati.
Persamaan diferensial dapat diaplikasikan kedalam
berbagai bidang, salah satunya ialah mengenai aplikasi persamaan diferensial
orde dua ke dalam sistem gerak yang diilustrasikan dengan benda bermassa m yang tergantung pada suatu pegas
seperti pada gambar 1.
Suatu persamaan diferensial linear orde- n
adalah suatu persamaan yang berbentuk:

di mana koefisien- koefisien
adalah fungsi-
fungsi yang kontinu pada suatu selang
. Solusi umum dari persamaan
(1.1) adalah:



Cara menyelesaikan
persamaan diferensial yang mengandung satu fungsi yang tidak diketahu dapat
digeneralisasikan ke dalam cara menyelesaikan n buah persamaan
diferensial dengan n buah fungsi yang tidak diketahui(n
bulat positif ≥2), seperti halnya kita menggeneralisasikan cara menyelesaikan
persamaan diferensial linear orde satu ke dalam cara menyelesaikan persamaan
diferensial linear orde dua.
Sistem persamaan
diferensial linear dengan koefisien konstan berukuran 2x2 berbentuk:

di mana koefisien
dan fungsi-fungsi
semua merupakan
fungsi dari t yang kontinu pada suatu
interval I dan
dan
adalah fungsi
dari t yang tidak diketahui. Sistem
persamaan diferensial di atas dapat
diperumum lagi ke dalam sistem persamaan diferensial yang terdiri dari n
buah persamaan diferensial dengan n buah fungsi yang tidak diketahui (n bulat positif
lebih besar dari 2
), yang berbentuk:





atau secara singkat dinyatakan dengan:

dimana:

sistem
persamaan (1.4) atau (1.5) disebut sistem
n persamaan
diferensial linear tingkat satu, yang dapat pula dinyatakan dalam bentuk
matriks sebagai:

dimana:



khususnya, bila
(1.6) disebut
sistem persamaan diferensial linear homogen dan bila
(1.6)) disebut
sistem persamaan diferensial linear tak homogen.


Metode eliminasi dan
metode matriks merupakan dua metode dasar untuk mencari penyelesaian dari
sistem (1.3) jika koefisien-koefisien
semuanya
konstanta. Metode ini selanjutnya diperluas untuk menyelesaikan sistem
persamaan diferensial (1.4) jika koefisien
semuanya konstanta. Metode eliminasi merupakan metode termudah
untuk menyelesaikan sistem (1.3). Sedangkan
metode matriks lebih tepat untuk digunakan dalam menyelesaikan sistem
(1.4) dengan
.



Suatu penyelesaian sistem
(1.3) merupakan sepasang fungsi
dan
yang
masing-masing dapat diturunkan pada suatu interval
dan yang jika
disubstitusikan ke dalam kedua persamaan dari (1.3) membuat identitas dalam
untuk semua
di dalam
.






Seperti diketahui bahwa suatu metode selalu
mempunyai kelemahan- kelemahan dalam penggunaannya. Metode termudah yang sering
digunakan yaitu metode eliminasi. Akan tetapi dalam kasus tertentu kita
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan sistem persamaan diferensial dengan
metode eliminasi. Oleh karena itu untuk memperoleh suatu penyelesaian yang
tepat dari sistem persamaan diferensial, kita perlu mengetahui beberapa metode
yang memudahkan kita untuk menyelesaikan suatu sistem persamaan diferensial.
Beberapa metode yang lain yang sering digunakan antara lain: metode matriks,
metode operator, metode koefisien tak tentu dan metode variasi parameter.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk
melakukan penulisan yang berjudul “Kajian Pustaka Tentang Persamaan
Diferensial Orde Dua dan Sistem Persamaan Diferensial”.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun
permasalahan dalam penulisan ini adalah:
1.
Bagaimana membentuk suatu rumusan atau formula
solusi partikelir dengan metode koefisien tak tentu untuk PD linear orde n tak homogen yang diturunkan dari metode model koefisien
konstan?
2. Bagaimana
memahami beberapa metode dalam persamaan diferensial orde dua untuk mencari
solusi umum dari persamaan diferensial orde dua?
3. Bagaimana
mengaplikasikan persamaan diferensial orde dua ke dalam sistem gerak?
4.
Bagaimana cara menyelesaikan sistem persamaan
diferensial dengan menggunakan metode eliminasi dan metode matriks?
5. Bagaimana
mengetahui sifat kestabilan suatu titik dari sistem linear dan non linear?
1.3.
Pembatasan Masalah
Untuk menghindari
luasnya cakupan masalah ini, maka penulis membatasi kajian ini pada
parmasalahan sistem persamaan diferensial linear orde n dengan koefisien konstan yang berbentuk:

atau dalam bentuk matriks:

serta sistem persamaan diferensial
tak linear tingkat satu orde dua yang berbentuk:

1.4. Tujuan Penelitian
Kajian
ini bertujuan untuk:
1. Menghasilkan
suatu rumus atau formula solusi partikelir dengan metode koefisien tak tentu
untuk PD linear orde n tak
homogen dengan koefisien konstanta.
2. Megetahui
beberapa metode dalam persamaan diferensial orde dua untuk mencari solusi umum
dari persamaan diferensial orde dua.
3. Mengetahui
cara mengaplikasikan persamaan diferensial orde dua ke dalam sistem gerak
4.
Mengetahui cara menyelesaikan sistem persamaan
diferensial orde n dengan
menggunakan metode eliminasi dan metode matriks.
5.
Memahami sifat kestabilan suatu titik tetap dari sistem linear dan non linear.
1.5.
Manfaat Penelitian
Tulisan ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi:
1.
Bagi berbagai kalangan di bidang matematika, hasil
kajian ini berguna untuk memperkaya
pengetahuan tentang persamaan diferensial orde dua dan sistem persamaan
diferensial.
2. Bagi
mahasiswa matematika sebagai motivasi untuk mengadakan penelitian
lebih lanjut mengenai persamaan diferensial orde dua dan sistem
persamaan diferensial.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penentuan solusi persamaan diferensial orde- n dengan koefisien konstanta dapat
dilakukan dengan berbagai metode, salah satunya adalah metode pemisahan
variabel. Demikian pula penentuan solusi dari sistem persamaan diferensial,
dapat diselesaikan dengan berbagai metode. Metode yang sudah dikenal antara
lain, adalah metode eliminasi dan metode laplace. Sebagaimana diketahui bahwa
suatu metode selalu mempunyai kelemahan- kelemahan dalam penggunaannya; antara
lain ruang lingkup masalah yang dapat diselesaikan dan kesederhanaan langkah-
langkah pengerjaan.
2.1. Metode Koefisien Tak Tentu
Berikut
ini pengandaian solusi partikelir dengan menggunakan metode koefisien tak tentu
untuk bentuk- bentuk fungsi G(x).
Tabel 1. Pengandaian sulusi partikelir yp, untuk G(x)=gn(x)
G(x)=gn(x) polinom berderajat
n.
Solusi partikelir yp diandaikan:
|
|
a. yp= A0+A1x+...+Anxn;
dengan
A0,A1,...,An konstanta.
|
Apabila
0 (nol)
bukan akar dari
persamaan karakteristik PD homogen.
|
b. yp=xs(A0+A1x+...+Anxn);
dengan
A0,A1,...,An konstanta.
|
Apabila 0
(nol) merupakan akar dari
persamaan karakteristik PD homogen dan berulang sebanyak s
kali.
|
Tabel 2. Pengandaian solusi partikelir yp,
untuk G(x)=gn(x)eλx
G(x)=gn(x)eλx; G(x) merupakan perkalian suatu polinom berderajat
n
dengan fungsi eλx, λ
riil.Solusi partikelir yp diandaikan sebagai
berikut:
|
|
a.
yp=(A0+A1x+...+Anxn)eλx;
dengan
A0,A1,...,An konstanta.
|
Apabila λ
bukan akar dari persamaan karakteristik PD homogen.
|
b.
yp=xs(A0+A1x+...+Anxn)eλx;
dengan A0,A1,...,An
konstanta.
|
Apabila
λ merupakan akar
dari persamaan karakteristik PD
homogen dan berulang sebanyak s kali
|
Tabel 3. Pengandaian solusi
partikelir yp, untuk G(x)= gn(x)eλxcoswx
atau
G(x)= gn(x)eλxsinwx
G(x)= gn(x)eλx coswx atau
G(x)= gn(x)eλx sinwx, dengan gn(x)
polinom berderajat n. Solusi Partikelir yp
diandaikan sebagai berikut:
|
|
a.
yp= eλx((A0+A1x+...+Anxn)coswx+
(B0+B1x+...+Bnxn)sinwx))
dengan A0,A1,...,An
dan B0,B1,...,Bn
konstanta
|
Apabila λ+wi bukan akar
kompleks dari persamaan karakteristik PD homogen.
|
b. yp=xseλx((A0+A1x+...+Anxn)coswx+
(B0+B1x+...+Bnxn)sinwx))
dengan A0,A1,...,An
dan B0,B1,...,Bn
konstanta
|
Apabila λ+wi
merupakan akar kompleks dari
persamaan karakteristik PD
homogen dan berulang sebanyak s kali.
|
Dari ketiga tabel terlihat bahwa ada
keterkaitan antara solusi partikelir dan solusi PD homogennya, secara khusus,
keterkaitan tersebut terdapat pada persamaan karakteristik PD homogennya.
Langkah- langkah pengerjaannya dengan menggunakan metode koefisien tak tentu
adalah sebagai berikut:
1. Menentukan persamaan karakteristik
dari PD homogennya
2. Menceri akar- akar persamaan
karakteristik
3. Memeriksa apakah akar- akar dari
persamaan karakteristik sama dengan 

4. Melakukan pengandaian untuk solusi
partikelir
yang sesuai dengan kondisi pada langkah 3),
dan polinom pada ruas kanan

5. Menurunkan (mendiferensialkan)
sebanyak n kali

6. Mensubstitusikan
ke PD
tak homogen sehingga memenuhi persamaan.

7. Diperoleh n buah persamaan dan n buah
konstanta yang tidak diketahui, n
derajad polinom
+1

8. Menentukan nilai konstanta-
konstanta yang tidak diketahui dari (7),
yang merupakan koefisien- koefisien dari polinom pengandaian untuk solusi
partikelir.
2.2. Metode Pemisahan Variabel
Telah diketahui bahwa persamaan diferensial biasa tingkat
satu derajad satu adalah suatu persamaan yang memuat satu variabel bebas x, variabel tak bebas y dan derivatif
. Persamaan ini biasa ditulis:


dengan
adalah kontinu di
dan y. Sering kali persamaan (2.1) dapat
ditulis dalam bentuk lain seperti:



Suatu persamaan diferensial memberikan informasi tentang
fungsi tak diketahui
.

Penyelesaian umum (general solution) dari suatu
persamaan diferensial tingkat satu adalah keluarga dari semua fungsi
yang memenuhi persamaan. Setiap fungsi dari keluarga
tersebut adalah suatu penyelesaian
khusus (particular solution) dari persamaan diferensial.

2.2.1.
Persamaan diferensial
terpisahkan
Suatu persamaan diferensial
terpisahkan (separable differential equation) adalah suatu persamaan
diferensial biasa tingkat satu yang secara aljabar dapat direduksi ke suatu
bentuk diferensial baku dengan setiap suku tak nol memuat secara tepat satu
variabel. Sebagai contoh yaitu
dengan penyelesaiannya adalah


Persamaan
(2.1) adalah terpisahkan jika dapat ditulis kedalam bentuk:

sedangkan jika persamaan diferensial diberikan dalam bentuk
(2.2), maka persamaan diferensial ini dikatakan terpisahkan jika dapat ditulis
ke bentuk

Suatu penyelesaian umum untuk persamaan (2.3) dapat ditemukan
dengan lebih dahulu mengalikannya dengan
, selanjutnya dibagi dengan
dan diintegralkan



Langkah- langkah untuk menyelesaikan suatu persamaan
diferensial terpisahkan yang diberikan dalam bentuk (2.1) adalah:
1. Persamaan dituliskan dalam bentuk
(2.3) untuk menentukan
, dan diselesaikan persamaan
untuk memperoleh penyelesaian konstan dari PD


2. Digunakan beberapa operasi aljabar
untuk memisahkan variabel dan selanjutnya diintegralkan. Jika mungkin ,
diselesaikan untuk
sebagai fungsi dari
. Penyelesaian ini biasanya tergantung pada suatu
konstan k.


3. Dituliskan penyelesaian umum untuk PD
yang diperoleh pada langkah 1dan 2 dengan memperhatikan apakah penyelesaian
konstan dapat diperoleh dari penyelesaian pada langkah 2.
4. Jika suatu nilai awal
diberikan, digunakan syarat tersebut untuk menemukan
konstanta
dan penyelesaian khusus dari MNA. Perlu dicatat bahwa
mungkin penyelesaian khususnya adalah penyelesaian konstan pada langkah 1


Untuk kasus
dan
harus dilakukan secara terpisah pada langkah 1 dan 2
sebab pembagi oleh
pada langkah 2 tidak dapat dilakukan untuk
.




2.2.2.
Persamaan diferensial reduksi
terpisahkan
Suatu fungsi
adalah fungsi homogen berderajat n dalam x dan y jika


untuk setiap parameter
. Sebagai contoh

a.
adalah fungsi homogen berderajat 0

b.
adalah fungsi homogen berderajat -1

c.
adalah fungsi homogen berderajat 


Persamaan (2.2) dinamakan PD dengan koefisien fungsi homogen
jika
dan
adalah fungsi homogen berderajat sama, katakan
. Lebih lanjut jika persamaan tersebut dibawa ke
bentuk (2.1), maka persamaan dapat ditulis kembali menjadi:




Perlu diperhatikan bahwa ruas kanan
tidak berubah apabila secara bersamaan
diganti dengan
dan
diganti dengan
. Langkah-langkah untuk menyelesaikan persamaan
tersebut adalah:




1. Dimisalkan
untuk
, atau ekuivalen dengan
, dan derivatifnya
atau 





2. Disubsitusian persamaan pada langkah 1
ke persamaan diferensial dan dikelompokan dalam dua suku diferensial
dan
sehingga akan
diperoleh persamaan diferensial terpisahkan.


3. Diselesaikan persamaan diferensial
terpisahkan tersebut
4. Disubstitusikan
ke persamaan yang diperoleh pada langkah 3 sebagai
penyelesaian untuk PD awal

2.2.3.
Persamaan diferensial dengan
koefisien fungsi linear
Pada persamaan (2.2), jika
dan
adalah fungsi linear dalam
dan
maka persamaan tersebut dinamakan persamaan diferensial dengan koefisien fungsi linear. Dengan kata
lain persamaan ini mempunyai bentuk:





dengan 

Berikut ini diperhatikan dua kasus beserta
langkah penyelesaiannya:
Kasus 1.



Langkah- langkah penyelesaiannya
adalah:
1. Dimisalkan
dengan diferensialnya adalah:


2. Disubstitusikan persamaan pada
langkah 1 ke PD awal untuk memperoleh PD terpisahkan dalam
dan 


3. Diselesaikan PD terpisahkan
4. Disubstitusikan
ke penyelesaian
PD langkah 3 untuk memperoleh penyelesaian PD awal.

Kasus 2.
atau
untuk setiap 



Langkah- langkah penyelesaiannya adalah:
1. Dimisalkan
dan
dengan
dan
berturut- turut
adalah adalah nilai
dan
yang merupakan
penyelesaian dari sistem persamaan linear:







2. Disubstitusikan persamaan
dan
pada langkah 1 beserta diferensialnya
dan
ke PD awal
untuk memperoleh PD koefisien fungsi homogen dalam
dan
.






3. Diselesaikan PD yang diperoleh dari
langkah 3
4. Disubstitusikan
dan
untuk memperoleh
penyelesaian PD awal.


2.2.4.
Persamaan diferensial riccati
Persamaan diferensial riccati mempunyai bentuk:

Secara jelas jika
, maka persamaan menjadi persamaan Bernouli. Jika
, penyelesaian umum dicari dengan langkah- langkah
sebagai berikut


1. Diambil satu penyelesaian khusus
(biasanya sudah diketahui)

dan karena itu dipunyai:

2. Diambil
dan
derivatifnya


Kepersamaan Riccati diperoleh




persamaan (2.9) disederhanakan
menjadi:


diperoleh persamaan diferensial tingkat satu 


3. Persamaan (2.11) diselesaikan untuk 

4. Disubstitusikan penyelesaian
ke
untuk
memperoleh penyelesaian umum PD awal.


2.3.
Metode Faktor Pengintegralan
Persamaan linear orde 1 berbentuk:
. (2.12)
dapat dicari solusinya dengan metode: faktor pengintegralan, yaitu dengan cara
mengalikan persamaan diferensial linear (2.12) dengan
sehingga:
, dengan
merupakan
fungsi dengan variabel
.





Faktor pengintegralan
dapat dicari dengan rumus:
. Ide dari penggunaan faktor pengintegralan ini
adalah menjadikan persamaan diferensial tersebut bersifat eksak, yakni sisi
kiri persamaan diferensial
.



Ingat bahwa:

Solusi umum dari persamaan (2.13)
adalah: 

Kembali ke PD (2.12) maka:

2.4.
Sistem Gerak
Sistem gerak diilustrasikan dengan
benda bermassa m yang tergantung pada
suatu pegas ditunjukan pada gambar 1. Pemodelan sistem gerak pada gambar 1
didasarkan pada hukum newton II, yaitu:

dengan:

Gaya- gaya yang bekerja pada benda yang tergantung
pada pegas:
1.




2. 







3. 






4. 


![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]()
![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() |
Gambar 1
Sistem gerak benda pada pegas
Berdasarkan hukum II newton di atas
maka:




untuk sistem dalam kesetimbangan
sehingga
persamaan menjadi:


Model persamaan terakhir menghasilkan
persamaan diferensial orde dua. Persamaan diferensial orde dua di atas
menggambarkan sistem gerak benda pada pegas. Jika
(tanpa gaya eksternal) sistem disebut sistem gerak bebas (unforced).
Jika
maka sistem
disebut sistem tak teredam (undamped)
dan jika
maka sistem
disebut sistem teredam (damped).



Model dari ketiga jenis sistem gerak tersebut adalah:
1.
Sistem
gerak bebas tak teredam
yang berbentuk:


2.
Sistem
gerak bebas teredam
yang berbentuk:


Sistem gerak bebas teredam terdiri
dari:
·
Sistem
teredam kurang (underdamped), 

·
Sistem
teredam kritis (Critically damped), 

·
Sistem
teredam lebih (Overdamped), 

2.5.
Metode Eliminasi
Metode
eliminasi merupakan metode yang paling dasar untuk menyelesaikan sistem
persamaan diferensial dalam dua fungsi yang tak diketahui dan dengan koefisien
konstanta. Metode ini bertujuan untuk mengubah sistem yang diberikan ke suatu
persamaan diferensial tunggal dalam suatu fungsi yang takdiketahui dengan
mengeliminasikan peubah bebas lainnya.
Jika koefisien
semuanya konstanta dan fungsi-fungsi
identik dengan
nol, maka sistem persamaan diferensial (1.3) dapat disederhanakan ke dalam
bentuk :


(a)
(2.18)

(b)

2.6.
Metode Matriks
Pada bagian sebelumnya
sudah dikemukakan bagaimana menyelesaikan sistem dari dua persamaan diferensial
linear dalam dua fungsi yang takdiketahui dengan koefisien konstanta. Salah
satu metode sederhana yang digunakan dalam menyelesaikan sistem tersebut adalah metode eliminasi. Akan
tetapi metode eliminasi tersebut sangat sulit digunakan dalam menyelesaikan
masalah yang berhubungan dengan sistem persamaan diferensial yang terdiri dari
tiga persamaan atau lebih, oleh karena itu digunakan metode nilai eigen yang
perhitungannya lebih sederhana di samping keunggulannya dalam menganalisis
solusi dari sistem persamaan diferensial.
Metode nilai eigen
merupakan perluasan dari cara
penyelesaian persamaan diferensial tunggal yang memisalkan solusinya berbentuk

sehingga dalam sistem persamaan
diferensial kita mengasumsikan solusinya berbentuk

sehingga

dapat dinyatakan sebagai:



Misalkan

atau

2.7.
Fundamental Matriks
Teorema 2.1. Jika
adalah fundamental
matriks dari sistem persamaan linear


pada suatu interval dimana
dan
kontinu, maka solusi
partikelir dari sistem persamaan linear tidak homogen



ditentukan
oleh solusi

Misalkan


Apabila
persamaan (2.24) dan (2.25) disubstitusikan ke dalam persamaan (2.22) kita
peroleh:

tetapi
adalah matriks
fundamental yang memenuhi sistem
persamaan linear vektor (2.21)


maka

Oleh karena itu persamaan
(2.24) menjadi




atau integralkan (2.27)
maka

sehingga:


Jadi solusi umum persamaan diferensial (2.22)
adalah


Jika
kita diberikan nilai awal

maka

Jika
persamaan (2.19) diberikan nilai awal

maka

dan solusi persamaan (2.31) menjadi

2.8. Sistem Tak Linear
2.8.1. Kestabilan dan bidang fase
Banyak sekali fenomena
alam yang dapat dimodelkan dengan sistem persamaan diferensial tingkat satu
orde dua berbentuk :


di mana variabel
tidak muncul
pada ruas kanan persamaan (2.33). Sistem
sedemikian ini disebut sistem otonom atau sistem mandiri (autonomous). Tidak munculnya variabel
pada ruas kanan
ini memudahkan kita untuk menganalisa dan memvisualisasikan solusinya. Kita
asumsikan bahwa
dan
kontinu dan
diferensiabel di suatu daerah
pada bidang
yang disebut
bidang fase.






Jika diketahui
dan
maka pasti ada
satu dan tidak lebih dari satu solusi
,
dari persamaan
(2.33) yang terdefenisi pada suatu interval buka
yang memuat
dan memenuhi
kondisi awal











Suatu
titik
yang memenuhi


disebut titik tetap. Jika
adalah suatu
titik tetap dari sistem maka nilai fungsi konstan



memenuhi sistem (2.33). Nilai solusi
konstan ini disebut dengan solusi ekuilibrium atau solusi keseimbangan.
Seringkali kita menemukan
solusi-solusi sederhana dan trayektori dari suatu masalah real menarik di
sekitar kita.
Misalkan


merupakan model dua populasi binatang
dan
yang dapat
hidup berdampingan dalam suatu lingkungan tertentu. Kedua populasi binatang tersebut dapat
berkompetisi untuk mendapatkan sumber makanan yang sama atau populasi yang satu
menjadi prey bagi populasi predator lainnya.
Misalkan
adalah populasi kelinci dan
adalah populasi
tupai (bajing), maka pasti ada satu titik tetap
dari sistem
yang menjelaskan bahwa suatu populasi konstan
dari kelinci
dan suatu populasi konstan
dari tupai yang
dapat hidup bersama-sama dalam suatu lingkungan. Jika
bukan merupakan
titik tetap maka tidak mungkin bagi populasi konstan
dari kelinci
dapat hidup berdampingan dengan populasi konstan
dari tupai.
Salah satu atau keduanya berubah sejalan dengan perubahan waktu.










2.8.2. Bidang fase
Jika
titik awal
adalah bukan
suatu titik tetap, maka trayektorinya adalah suatu kurve pada bidang
yang merupakan
lintasan titik
sejalan dengan meningkatnya
. Kita dapat
menganalisisnya secara kualitatif sifat-sifat solusi dari sistem otonom
(mandiri) dari persamaan (2.33) dengan cara membuat sketsa bidang fase atau
menggambar bidang fase dari titik-titik
tetap dan trayektori non degenerate khusus.
Kita juga boleh mengkonstruksi field gradien dengan menggambar segmen
garis- segmen garis khusus yang mempunyai kemiringan





atau mengkonstruksi medan arah dengan
menggambar vektor-vektor khusus dalam arah yang sama pada setiap titik seperti
vektor
. Medan
vektor menunjukkan arah lintasan
trayektori untuk menerangkan sistem persamaan diferensial. Medan arah yang ditunjukkan oleh tanda panah
menjelaskan arah pergerakan titik
.


2.8.3. Sifat-sifat titik tetap dan kestabilan
Secara deskriptif solusi
titik tetap dinyatakan stabil apabila setiap solusi yang bermula pada titik
yang dekat dengan titik tetap, akan tetap dekat untuk selamanya. Sedangkan
solusi titik tetap dikatakan tidak stabil bila terdapat jarak tertentu dari
titik tetap sehingga ada solusi yang bagaimana pun dekatnya titik permulaan ke
titik tetap, solusi itu pasti akan melewati jarak tertentu tersebut.
Selanjutnya solusi titik tetap itu stabil asimptotik bila stabil dan setiap
solusi yang cukup dekat ke titik tetap akan menuju ke titik tetap untuk
.

2.9.
Sistem Linear dan Sistem Mendekati
Linear
Pada bagian ini akan
diulas sifat-sifat dari solusi sistem

di sekitar titik tetap
di mana:


Suatu
titik tetap dikatakan terisolasi apabila disekitarnya tidak terdapat titik
tetap lain. Asumsikan
dan
adalah
diferensiabel dan kontinu di sekitar titik
. Tanpa menghilangkan bentuk umum, kita dapat
menetapkan
. Jika tidak
gunakan substitusi






sehingga:


dan sistem (2.33) ekivalen dengan sistem yang baru :


dengan
sebagai titik
tetap.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kajian pustaka yaitu
dengan mencari referensi- referensi penunjang penelitian, yang dimulai dari
latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan,
tinjauan pustaka, metode penelitian, hasil dan pembahasan dan kesimpulan.
3.2. Prosedur Penelitian
Secara
singkat proses Penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Dengan menggunakan sifat operator linear, diperoleh
bentuk umum solusi partikelir yp.
2.
Dipilih beberapa metode
dalam persamaan diferensial orde- n
untuk mencari solusi umum dari persamaan diferensial orde- n
3.
Diplih bentuk dan solusi
umum dari persamaan diferensial orde dua kemudian diaplikasikan ke dalam sistem
gerak.
4.
Dengan menggunakan metode
eliminasi dan metode matriks , diperoleh solusi umum dari sistem persamaan
diferensial.
5. Dipilih bentuk umum sistem linear dan nonliner kemudian
dianalisis sifat- sifat kestabilan sistem linear dan nonlinear tersebut.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Persamaan diferensial seringkali muncul dalam model
matematika yang mencoba menggambarkan keadaan kehidupan nyata. Banyak hukum-hukum alam dan
hipotesa- hipotesa dapat diterjemahkan ke dalam
persamaan yang mengandung turunan melalui bahasa matematik. Sebagai
contoh, turunan- turunan dalam fisika muncul sebagai kecepatan dan percepatan,
dalam geometri sebagai kemiringan (tanjakan), dalam biologi sebagai
lajur pertambahan populasi, dalam psikologi sebagai lajur belajar, dalam kimia
sebagai lajur reaksi, dalam ekonomi sebagai laju perubahan biaya hidup, dan dalam keuangan
sebagai laju pertambahan investasi (Finisio, N., Ladas, G.. 1988).
Keadaan inilah yang merupakan persoalan pada banyak
model-model matematika sehingga untuk memperoleh suatu persamaan diferensial
yang melukiskan suatu persoalan kehidupan nyata, biasanya dimisalkan bahwa
keadaan sebenarnya diatur oleh hukum- hukum yang sangat sederhana, katakanlah
kita sering membuat pemisalan yang ideal. Model
matematik tersusun dalam bentuk persamaan diferensial. Penyelesaian dari
persamaan diferensial tersebut dapat digunakan untuk membuat perkiraan mengenai
kelakuan masalah sebenarnya. Bila perkiraan itu tidak sesuai dengan kenyataan
maka harus diubah pemisalan- pemisalannya untuk mengarahkan dan mengusahakan
membentuk suatu model yang lebih mendekati kenyataan (Finisio, N., Ladas, G..
1988).
Dalam menentukan suatu solusi dari persamaan diferensial perlu
diketahui beberapa metode beserta teknik penyelesaiannya. Beberapa metode dalam
persamaan diferensial linear orde n yang dipilih penulis anara lain
metode koefisien tak tentu, metode pemisahan variabel dan metode faktor
pengintegralan. Metode pemisahan variabel tersebut berupa persamaan diferensial
terpisahkan, persamaan diferensial reduksi terpisahkan, persamaan diferensial
dengan koefisien fungsi linear dan persamaan diferensial riccati.
Persamaan diferensial dapat diaplikasikan kedalam
berbagai bidang, salah satunya ialah mengenai aplikasi persamaan diferensial
orde dua ke dalam sistem gerak yang diilustrasikan dengan benda bermassa m yang tergantung pada suatu pegas
seperti pada gambar 1.
Suatu persamaan diferensial linear orde- n
adalah suatu persamaan yang berbentuk:

di mana koefisien- koefisien
adalah fungsi-
fungsi yang kontinu pada suatu selang
. Solusi umum dari persamaan
(1.1) adalah:



Cara menyelesaikan
persamaan diferensial yang mengandung satu fungsi yang tidak diketahu dapat
digeneralisasikan ke dalam cara menyelesaikan n buah persamaan
diferensial dengan n buah fungsi yang tidak diketahui(n
bulat positif ≥2), seperti halnya kita menggeneralisasikan cara menyelesaikan
persamaan diferensial linear orde satu ke dalam cara menyelesaikan persamaan
diferensial linear orde dua.
Sistem persamaan
diferensial linear dengan koefisien konstan berukuran 2x2 berbentuk:

di mana koefisien
dan fungsi-fungsi
semua merupakan
fungsi dari t yang kontinu pada suatu
interval I dan
dan
adalah fungsi
dari t yang tidak diketahui. Sistem
persamaan diferensial di atas dapat
diperumum lagi ke dalam sistem persamaan diferensial yang terdiri dari n
buah persamaan diferensial dengan n buah fungsi yang tidak diketahui (n bulat positif
lebih besar dari 2
), yang berbentuk:





atau secara singkat dinyatakan dengan:

dimana:

sistem
persamaan (1.4) atau (1.5) disebut sistem
n persamaan
diferensial linear tingkat satu, yang dapat pula dinyatakan dalam bentuk
matriks sebagai:

dimana:



khususnya, bila
(1.6) disebut
sistem persamaan diferensial linear homogen dan bila
(1.6)) disebut
sistem persamaan diferensial linear tak homogen.


Metode eliminasi dan
metode matriks merupakan dua metode dasar untuk mencari penyelesaian dari
sistem (1.3) jika koefisien-koefisien
semuanya
konstanta. Metode ini selanjutnya diperluas untuk menyelesaikan sistem
persamaan diferensial (1.4) jika koefisien
semuanya konstanta. Metode eliminasi merupakan metode termudah
untuk menyelesaikan sistem (1.3). Sedangkan
metode matriks lebih tepat untuk digunakan dalam menyelesaikan sistem
(1.4) dengan
.



Suatu penyelesaian sistem
(1.3) merupakan sepasang fungsi
dan
yang
masing-masing dapat diturunkan pada suatu interval
dan yang jika
disubstitusikan ke dalam kedua persamaan dari (1.3) membuat identitas dalam
untuk semua
di dalam
.






Seperti diketahui bahwa suatu metode selalu
mempunyai kelemahan- kelemahan dalam penggunaannya. Metode termudah yang sering
digunakan yaitu metode eliminasi. Akan tetapi dalam kasus tertentu kita
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan sistem persamaan diferensial dengan
metode eliminasi. Oleh karena itu untuk memperoleh suatu penyelesaian yang
tepat dari sistem persamaan diferensial, kita perlu mengetahui beberapa metode
yang memudahkan kita untuk menyelesaikan suatu sistem persamaan diferensial.
Beberapa metode yang lain yang sering digunakan antara lain: metode matriks,
metode operator, metode koefisien tak tentu dan metode variasi parameter.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk
melakukan penulisan yang berjudul “Kajian Pustaka Tentang Persamaan
Diferensial Orde Dua dan Sistem Persamaan Diferensial”.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun
permasalahan dalam penulisan ini adalah:
1.
Bagaimana membentuk suatu rumusan atau formula
solusi partikelir dengan metode koefisien tak tentu untuk PD linear orde n tak homogen yang diturunkan dari metode model koefisien
konstan?
2. Bagaimana
memahami beberapa metode dalam persamaan diferensial orde dua untuk mencari
solusi umum dari persamaan diferensial orde dua?
3. Bagaimana
mengaplikasikan persamaan diferensial orde dua ke dalam sistem gerak?
4.
Bagaimana cara menyelesaikan sistem persamaan
diferensial dengan menggunakan metode eliminasi dan metode matriks?
5. Bagaimana
mengetahui sifat kestabilan suatu titik dari sistem linear dan non linear?
1.3.
Pembatasan Masalah
Untuk menghindari
luasnya cakupan masalah ini, maka penulis membatasi kajian ini pada
parmasalahan sistem persamaan diferensial linear orde n dengan koefisien konstan yang berbentuk:

atau dalam bentuk matriks:

serta sistem persamaan diferensial
tak linear tingkat satu orde dua yang berbentuk:

1.4. Tujuan Penelitian
Kajian
ini bertujuan untuk:
1. Menghasilkan
suatu rumus atau formula solusi partikelir dengan metode koefisien tak tentu
untuk PD linear orde n tak
homogen dengan koefisien konstanta.
2. Megetahui
beberapa metode dalam persamaan diferensial orde dua untuk mencari solusi umum
dari persamaan diferensial orde dua.
3. Mengetahui
cara mengaplikasikan persamaan diferensial orde dua ke dalam sistem gerak
4.
Mengetahui cara menyelesaikan sistem persamaan
diferensial orde n dengan
menggunakan metode eliminasi dan metode matriks.
5.
Memahami sifat kestabilan suatu titik tetap dari sistem linear dan non linear.
1.5.
Manfaat Penelitian
Tulisan ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi:
1.
Bagi berbagai kalangan di bidang matematika, hasil
kajian ini berguna untuk memperkaya
pengetahuan tentang persamaan diferensial orde dua dan sistem persamaan
diferensial.
2. Bagi
mahasiswa matematika sebagai motivasi untuk mengadakan penelitian
lebih lanjut mengenai persamaan diferensial orde dua dan sistem
persamaan diferensial.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penentuan solusi persamaan diferensial orde- n dengan koefisien konstanta dapat
dilakukan dengan berbagai metode, salah satunya adalah metode pemisahan
variabel. Demikian pula penentuan solusi dari sistem persamaan diferensial,
dapat diselesaikan dengan berbagai metode. Metode yang sudah dikenal antara
lain, adalah metode eliminasi dan metode laplace. Sebagaimana diketahui bahwa
suatu metode selalu mempunyai kelemahan- kelemahan dalam penggunaannya; antara
lain ruang lingkup masalah yang dapat diselesaikan dan kesederhanaan langkah-
langkah pengerjaan.
2.1. Metode Koefisien Tak Tentu
Berikut
ini pengandaian solusi partikelir dengan menggunakan metode koefisien tak tentu
untuk bentuk- bentuk fungsi G(x).
Tabel 1. Pengandaian sulusi partikelir yp, untuk G(x)=gn(x)
G(x)=gn(x) polinom berderajat
n.
Solusi partikelir yp diandaikan:
|
|
a. yp= A0+A1x+...+Anxn;
dengan
A0,A1,...,An konstanta.
|
Apabila
0 (nol)
bukan akar dari
persamaan karakteristik PD homogen.
|
b. yp=xs(A0+A1x+...+Anxn);
dengan
A0,A1,...,An konstanta.
|
Apabila 0
(nol) merupakan akar dari
persamaan karakteristik PD homogen dan berulang sebanyak s
kali.
|
Tabel 2. Pengandaian solusi partikelir yp,
untuk G(x)=gn(x)eλx
G(x)=gn(x)eλx; G(x) merupakan perkalian suatu polinom berderajat
n
dengan fungsi eλx, λ
riil.Solusi partikelir yp diandaikan sebagai
berikut:
|
|
a.
yp=(A0+A1x+...+Anxn)eλx;
dengan
A0,A1,...,An konstanta.
|
Apabila λ
bukan akar dari persamaan karakteristik PD homogen.
|
b.
yp=xs(A0+A1x+...+Anxn)eλx;
dengan A0,A1,...,An
konstanta.
|
Apabila
λ merupakan akar
dari persamaan karakteristik PD
homogen dan berulang sebanyak s kali
|
Tabel 3. Pengandaian solusi
partikelir yp, untuk G(x)= gn(x)eλxcoswx
atau
G(x)= gn(x)eλxsinwx
G(x)= gn(x)eλx coswx atau
G(x)= gn(x)eλx sinwx, dengan gn(x)
polinom berderajat n. Solusi Partikelir yp
diandaikan sebagai berikut:
|
|
a.
yp= eλx((A0+A1x+...+Anxn)coswx+
(B0+B1x+...+Bnxn)sinwx))
dengan A0,A1,...,An
dan B0,B1,...,Bn
konstanta
|
Apabila λ+wi bukan akar
kompleks dari persamaan karakteristik PD homogen.
|
b. yp=xseλx((A0+A1x+...+Anxn)coswx+
(B0+B1x+...+Bnxn)sinwx))
dengan A0,A1,...,An
dan B0,B1,...,Bn
konstanta
|
Apabila λ+wi
merupakan akar kompleks dari
persamaan karakteristik PD
homogen dan berulang sebanyak s kali.
|
Dari ketiga tabel terlihat bahwa ada
keterkaitan antara solusi partikelir dan solusi PD homogennya, secara khusus,
keterkaitan tersebut terdapat pada persamaan karakteristik PD homogennya.
Langkah- langkah pengerjaannya dengan menggunakan metode koefisien tak tentu
adalah sebagai berikut:
1. Menentukan persamaan karakteristik
dari PD homogennya
2. Menceri akar- akar persamaan
karakteristik
3. Memeriksa apakah akar- akar dari
persamaan karakteristik sama dengan 

4. Melakukan pengandaian untuk solusi
partikelir
yang sesuai dengan kondisi pada langkah 3),
dan polinom pada ruas kanan

5. Menurunkan (mendiferensialkan)
sebanyak n kali

6. Mensubstitusikan
ke PD
tak homogen sehingga memenuhi persamaan.

7. Diperoleh n buah persamaan dan n buah
konstanta yang tidak diketahui, n
derajad polinom
+1

8. Menentukan nilai konstanta-
konstanta yang tidak diketahui dari (7),
yang merupakan koefisien- koefisien dari polinom pengandaian untuk solusi
partikelir.
2.2. Metode Pemisahan Variabel
Telah diketahui bahwa persamaan diferensial biasa tingkat
satu derajad satu adalah suatu persamaan yang memuat satu variabel bebas x, variabel tak bebas y dan derivatif
. Persamaan ini biasa ditulis:


dengan
adalah kontinu di
dan y. Sering kali persamaan (2.1) dapat
ditulis dalam bentuk lain seperti:



Suatu persamaan diferensial memberikan informasi tentang
fungsi tak diketahui
.

Penyelesaian umum (general solution) dari suatu
persamaan diferensial tingkat satu adalah keluarga dari semua fungsi
yang memenuhi persamaan. Setiap fungsi dari keluarga
tersebut adalah suatu penyelesaian
khusus (particular solution) dari persamaan diferensial.

2.2.1.
Persamaan diferensial
terpisahkan
Suatu persamaan diferensial
terpisahkan (separable differential equation) adalah suatu persamaan
diferensial biasa tingkat satu yang secara aljabar dapat direduksi ke suatu
bentuk diferensial baku dengan setiap suku tak nol memuat secara tepat satu
variabel. Sebagai contoh yaitu
dengan penyelesaiannya adalah


Persamaan
(2.1) adalah terpisahkan jika dapat ditulis kedalam bentuk:

sedangkan jika persamaan diferensial diberikan dalam bentuk
(2.2), maka persamaan diferensial ini dikatakan terpisahkan jika dapat ditulis
ke bentuk

Suatu penyelesaian umum untuk persamaan (2.3) dapat ditemukan
dengan lebih dahulu mengalikannya dengan
, selanjutnya dibagi dengan
dan diintegralkan



Langkah- langkah untuk menyelesaikan suatu persamaan
diferensial terpisahkan yang diberikan dalam bentuk (2.1) adalah:
1. Persamaan dituliskan dalam bentuk
(2.3) untuk menentukan
, dan diselesaikan persamaan
untuk memperoleh penyelesaian konstan dari PD


2. Digunakan beberapa operasi aljabar
untuk memisahkan variabel dan selanjutnya diintegralkan. Jika mungkin ,
diselesaikan untuk
sebagai fungsi dari
. Penyelesaian ini biasanya tergantung pada suatu
konstan k.


3. Dituliskan penyelesaian umum untuk PD
yang diperoleh pada langkah 1dan 2 dengan memperhatikan apakah penyelesaian
konstan dapat diperoleh dari penyelesaian pada langkah 2.
4. Jika suatu nilai awal
diberikan, digunakan syarat tersebut untuk menemukan
konstanta
dan penyelesaian khusus dari MNA. Perlu dicatat bahwa
mungkin penyelesaian khususnya adalah penyelesaian konstan pada langkah 1


Untuk kasus
dan
harus dilakukan secara terpisah pada langkah 1 dan 2
sebab pembagi oleh
pada langkah 2 tidak dapat dilakukan untuk
.




2.2.2.
Persamaan diferensial reduksi
terpisahkan
Suatu fungsi
adalah fungsi homogen berderajat n dalam x dan y jika


untuk setiap parameter
. Sebagai contoh

a.
adalah fungsi homogen berderajat 0

b.
adalah fungsi homogen berderajat -1

c.
adalah fungsi homogen berderajat 


Persamaan (2.2) dinamakan PD dengan koefisien fungsi homogen
jika
dan
adalah fungsi homogen berderajat sama, katakan
. Lebih lanjut jika persamaan tersebut dibawa ke
bentuk (2.1), maka persamaan dapat ditulis kembali menjadi:




Perlu diperhatikan bahwa ruas kanan
tidak berubah apabila secara bersamaan
diganti dengan
dan
diganti dengan
. Langkah-langkah untuk menyelesaikan persamaan
tersebut adalah:




1. Dimisalkan
untuk
, atau ekuivalen dengan
, dan derivatifnya
atau 





2. Disubsitusian persamaan pada langkah 1
ke persamaan diferensial dan dikelompokan dalam dua suku diferensial
dan
sehingga akan
diperoleh persamaan diferensial terpisahkan.


3. Diselesaikan persamaan diferensial
terpisahkan tersebut
4. Disubstitusikan
ke persamaan yang diperoleh pada langkah 3 sebagai
penyelesaian untuk PD awal

2.2.3.
Persamaan diferensial dengan
koefisien fungsi linear
Pada persamaan (2.2), jika
dan
adalah fungsi linear dalam
dan
maka persamaan tersebut dinamakan persamaan diferensial dengan koefisien fungsi linear. Dengan kata
lain persamaan ini mempunyai bentuk:





dengan 

Berikut ini diperhatikan dua kasus beserta
langkah penyelesaiannya:
Kasus 1.



Langkah- langkah penyelesaiannya
adalah:
1. Dimisalkan
dengan diferensialnya adalah:


2. Disubstitusikan persamaan pada
langkah 1 ke PD awal untuk memperoleh PD terpisahkan dalam
dan 


3. Diselesaikan PD terpisahkan
4. Disubstitusikan
ke penyelesaian
PD langkah 3 untuk memperoleh penyelesaian PD awal.

Kasus 2.
atau
untuk setiap 



Langkah- langkah penyelesaiannya adalah:
1. Dimisalkan
dan
dengan
dan
berturut- turut
adalah adalah nilai
dan
yang merupakan
penyelesaian dari sistem persamaan linear:







2. Disubstitusikan persamaan
dan
pada langkah 1 beserta diferensialnya
dan
ke PD awal
untuk memperoleh PD koefisien fungsi homogen dalam
dan
.






3. Diselesaikan PD yang diperoleh dari
langkah 3
4. Disubstitusikan
dan
untuk memperoleh
penyelesaian PD awal.


2.2.4.
Persamaan diferensial riccati
Persamaan diferensial riccati mempunyai bentuk:

Secara jelas jika
, maka persamaan menjadi persamaan Bernouli. Jika
, penyelesaian umum dicari dengan langkah- langkah
sebagai berikut


1. Diambil satu penyelesaian khusus
(biasanya sudah diketahui)

dan karena itu dipunyai:

2. Diambil
dan
derivatifnya


Kepersamaan Riccati diperoleh




persamaan (2.9) disederhanakan
menjadi:


diperoleh persamaan diferensial tingkat satu 


3. Persamaan (2.11) diselesaikan untuk 

4. Disubstitusikan penyelesaian
ke
untuk
memperoleh penyelesaian umum PD awal.


2.3.
Metode Faktor Pengintegralan
Persamaan linear orde 1 berbentuk:
. (2.12)
dapat dicari solusinya dengan metode: faktor pengintegralan, yaitu dengan cara
mengalikan persamaan diferensial linear (2.12) dengan
sehingga:
, dengan
merupakan
fungsi dengan variabel
.





Faktor pengintegralan
dapat dicari dengan rumus:
. Ide dari penggunaan faktor pengintegralan ini
adalah menjadikan persamaan diferensial tersebut bersifat eksak, yakni sisi
kiri persamaan diferensial
.



Ingat bahwa:

Solusi umum dari persamaan (2.13)
adalah: 

Kembali ke PD (2.12) maka:

2.4.
Sistem Gerak
Sistem gerak diilustrasikan dengan
benda bermassa m yang tergantung pada
suatu pegas ditunjukan pada gambar 1. Pemodelan sistem gerak pada gambar 1
didasarkan pada hukum newton II, yaitu:

dengan:

Gaya- gaya yang bekerja pada benda yang tergantung
pada pegas:
1.




2. 







3. 






4. 


![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]()
![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() |
Gambar 1
Sistem gerak benda pada pegas
Berdasarkan hukum II newton di atas
maka:




untuk sistem dalam kesetimbangan
sehingga
persamaan menjadi:


Model persamaan terakhir menghasilkan
persamaan diferensial orde dua. Persamaan diferensial orde dua di atas
menggambarkan sistem gerak benda pada pegas. Jika
(tanpa gaya eksternal) sistem disebut sistem gerak bebas (unforced).
Jika
maka sistem
disebut sistem tak teredam (undamped)
dan jika
maka sistem
disebut sistem teredam (damped).



Model dari ketiga jenis sistem gerak tersebut adalah:
1.
Sistem
gerak bebas tak teredam
yang berbentuk:


2.
Sistem
gerak bebas teredam
yang berbentuk:


Sistem gerak bebas teredam terdiri
dari:
·
Sistem
teredam kurang (underdamped), 

·
Sistem
teredam kritis (Critically damped), 

·
Sistem
teredam lebih (Overdamped), 

2.5.
Metode Eliminasi
Metode
eliminasi merupakan metode yang paling dasar untuk menyelesaikan sistem
persamaan diferensial dalam dua fungsi yang tak diketahui dan dengan koefisien
konstanta. Metode ini bertujuan untuk mengubah sistem yang diberikan ke suatu
persamaan diferensial tunggal dalam suatu fungsi yang takdiketahui dengan
mengeliminasikan peubah bebas lainnya.
Jika koefisien
semuanya konstanta dan fungsi-fungsi
identik dengan
nol, maka sistem persamaan diferensial (1.3) dapat disederhanakan ke dalam
bentuk :


(a)
(2.18)

(b)

2.6.
Metode Matriks
Pada bagian sebelumnya
sudah dikemukakan bagaimana menyelesaikan sistem dari dua persamaan diferensial
linear dalam dua fungsi yang takdiketahui dengan koefisien konstanta. Salah
satu metode sederhana yang digunakan dalam menyelesaikan sistem tersebut adalah metode eliminasi. Akan
tetapi metode eliminasi tersebut sangat sulit digunakan dalam menyelesaikan
masalah yang berhubungan dengan sistem persamaan diferensial yang terdiri dari
tiga persamaan atau lebih, oleh karena itu digunakan metode nilai eigen yang
perhitungannya lebih sederhana di samping keunggulannya dalam menganalisis
solusi dari sistem persamaan diferensial.
Metode nilai eigen
merupakan perluasan dari cara
penyelesaian persamaan diferensial tunggal yang memisalkan solusinya berbentuk

sehingga dalam sistem persamaan
diferensial kita mengasumsikan solusinya berbentuk

sehingga

dapat dinyatakan sebagai:



Misalkan

atau

2.7.
Fundamental Matriks
Teorema 2.1. Jika
adalah fundamental
matriks dari sistem persamaan linear


pada suatu interval dimana
dan
kontinu, maka solusi
partikelir dari sistem persamaan linear tidak homogen



ditentukan
oleh solusi

Misalkan


Apabila
persamaan (2.24) dan (2.25) disubstitusikan ke dalam persamaan (2.22) kita
peroleh:

tetapi
adalah matriks
fundamental yang memenuhi sistem
persamaan linear vektor (2.21)


maka

Oleh karena itu persamaan
(2.24) menjadi




atau integralkan (2.27)
maka

sehingga:


Jadi solusi umum persamaan diferensial (2.22)
adalah


Jika
kita diberikan nilai awal

maka

Jika
persamaan (2.19) diberikan nilai awal

maka

dan solusi persamaan (2.31) menjadi

2.8. Sistem Tak Linear
2.8.1. Kestabilan dan bidang fase
Banyak sekali fenomena
alam yang dapat dimodelkan dengan sistem persamaan diferensial tingkat satu
orde dua berbentuk :


di mana variabel
tidak muncul
pada ruas kanan persamaan (2.33). Sistem
sedemikian ini disebut sistem otonom atau sistem mandiri (autonomous). Tidak munculnya variabel
pada ruas kanan
ini memudahkan kita untuk menganalisa dan memvisualisasikan solusinya. Kita
asumsikan bahwa
dan
kontinu dan
diferensiabel di suatu daerah
pada bidang
yang disebut
bidang fase.






Jika diketahui
dan
maka pasti ada
satu dan tidak lebih dari satu solusi
,
dari persamaan
(2.33) yang terdefenisi pada suatu interval buka
yang memuat
dan memenuhi
kondisi awal











Suatu
titik
yang memenuhi


disebut titik tetap. Jika
adalah suatu
titik tetap dari sistem maka nilai fungsi konstan



memenuhi sistem (2.33). Nilai solusi
konstan ini disebut dengan solusi ekuilibrium atau solusi keseimbangan.
Seringkali kita menemukan
solusi-solusi sederhana dan trayektori dari suatu masalah real menarik di
sekitar kita.
Misalkan


merupakan model dua populasi binatang
dan
yang dapat
hidup berdampingan dalam suatu lingkungan tertentu. Kedua populasi binatang tersebut dapat
berkompetisi untuk mendapatkan sumber makanan yang sama atau populasi yang satu
menjadi prey bagi populasi predator lainnya.
Misalkan
adalah populasi kelinci dan
adalah populasi
tupai (bajing), maka pasti ada satu titik tetap
dari sistem
yang menjelaskan bahwa suatu populasi konstan
dari kelinci
dan suatu populasi konstan
dari tupai yang
dapat hidup bersama-sama dalam suatu lingkungan. Jika
bukan merupakan
titik tetap maka tidak mungkin bagi populasi konstan
dari kelinci
dapat hidup berdampingan dengan populasi konstan
dari tupai.
Salah satu atau keduanya berubah sejalan dengan perubahan waktu.










2.8.2. Bidang fase
Jika
titik awal
adalah bukan
suatu titik tetap, maka trayektorinya adalah suatu kurve pada bidang
yang merupakan
lintasan titik
sejalan dengan meningkatnya
. Kita dapat
menganalisisnya secara kualitatif sifat-sifat solusi dari sistem otonom
(mandiri) dari persamaan (2.33) dengan cara membuat sketsa bidang fase atau
menggambar bidang fase dari titik-titik
tetap dan trayektori non degenerate khusus.
Kita juga boleh mengkonstruksi field gradien dengan menggambar segmen
garis- segmen garis khusus yang mempunyai kemiringan





atau mengkonstruksi medan arah dengan
menggambar vektor-vektor khusus dalam arah yang sama pada setiap titik seperti
vektor
. Medan
vektor menunjukkan arah lintasan
trayektori untuk menerangkan sistem persamaan diferensial. Medan arah yang ditunjukkan oleh tanda panah
menjelaskan arah pergerakan titik
.


2.8.3. Sifat-sifat titik tetap dan kestabilan
Secara deskriptif solusi
titik tetap dinyatakan stabil apabila setiap solusi yang bermula pada titik
yang dekat dengan titik tetap, akan tetap dekat untuk selamanya. Sedangkan
solusi titik tetap dikatakan tidak stabil bila terdapat jarak tertentu dari
titik tetap sehingga ada solusi yang bagaimana pun dekatnya titik permulaan ke
titik tetap, solusi itu pasti akan melewati jarak tertentu tersebut.
Selanjutnya solusi titik tetap itu stabil asimptotik bila stabil dan setiap
solusi yang cukup dekat ke titik tetap akan menuju ke titik tetap untuk
.

2.9.
Sistem Linear dan Sistem Mendekati
Linear
Pada bagian ini akan
diulas sifat-sifat dari solusi sistem

di sekitar titik tetap
di mana:


Suatu
titik tetap dikatakan terisolasi apabila disekitarnya tidak terdapat titik
tetap lain. Asumsikan
dan
adalah
diferensiabel dan kontinu di sekitar titik
. Tanpa menghilangkan bentuk umum, kita dapat
menetapkan
. Jika tidak
gunakan substitusi






sehingga:


dan sistem (2.33) ekivalen dengan sistem yang baru :


dengan
sebagai titik
tetap.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kajian pustaka yaitu
dengan mencari referensi- referensi penunjang penelitian, yang dimulai dari
latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan,
tinjauan pustaka, metode penelitian, hasil dan pembahasan dan kesimpulan.
3.2. Prosedur Penelitian
Secara
singkat proses Penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Dengan menggunakan sifat operator linear, diperoleh
bentuk umum solusi partikelir yp.
2.
Dipilih beberapa metode
dalam persamaan diferensial orde- n
untuk mencari solusi umum dari persamaan diferensial orde- n
3.
Diplih bentuk dan solusi
umum dari persamaan diferensial orde dua kemudian diaplikasikan ke dalam sistem
gerak.
4.
Dengan menggunakan metode
eliminasi dan metode matriks , diperoleh solusi umum dari sistem persamaan
diferensial.
5. Dipilih bentuk umum sistem linear dan nonliner kemudian
dianalisis sifat- sifat kestabilan sistem linear dan nonlinear tersebut.
No comments:
Post a Comment