Saturday, February 11, 2017

Pengaruh Penawaran Produk Imitasi Jenis Fashion terhadap Proses Keputusan Pembelian Konsumen pada Konsumen Pasar Eceran Oesapa kota kupang”



A.    JUDUL PROPOSAL :
Pengaruh Penawaran Produk Imitasi Jenis Fashion terhadap Proses Keputusan Pembelian Konsumen pada Konsumen Pasar Eceran Oesapa kota kupang

B.     LATAR BELAKANG
Perilaku pembelian konsumen memang merupakan suatu pembahasan yang unik dan menarik , sebab bahasan ini akan menyangkut pada berbagai faktor di berbagai dimensi kehidupan manusia yang berbeda-beda. Selama manusia tersebut melakukan kegiatan perekonomian –pembelian- dalam kehidupan, maka selama itu kita akan selalu mendapatkan fenomena-fenomena baru dalam pola perilaku pembeliannya.
Salah satu fenomena yang cukup menarik perhatian penulis dan mungkin pula menarik perhatian banyak orang yaitu fenomena peredaran produk-produk imitasi –barang palsu- sebagai sebuah alternatif baru dalam pilihan konsumsi konsumen Indonesia. “Tiap orang di Indonesia menggunakan produk imitasi, setidaknya sekali seumur hidup” itulah sebuah satire yang mungkin pernah kita dengar. Kalau mau jujur berapa persen dari seluruh produk yang kita miliki yang benar-benar orisinal? Sisanya, bisa merupakan imitasi atau meniru sendiri. Hal seperti ini nampaknya nikmat dari sisi konsumen, tapi merupakan musibah bagi pihak perusahaan. Terlebih lagi apabila kita dihadapkan pada sebuah kenyataan bahwa International Intellectual Property Alliance (IIPA), sebuah organisasi independen di AS, merekomendasikan kepada Departemen Perdagangan AS dan World Intellectual Property Organization untuk tetap memasukkan Indonesia dalam peringkat yang diawasi. Sejak tahun 2000, Amerika menganggap Indonesia kurang serius dalam pelindungan HAKI. Hal itu tampak pada klaim pelanggarannya yang mencapai 668,2 juta dollar AS tahun 1997. Dari jumlah itu, pembajakan hak cipta mencapai 334,1 juta dollar AS, program komputer 256,1 juta dollar AS, serta untuk pembajakan buku, film, rekaman lagu, dan komposisi musik total sebesar 78 juta dollar AS (kompas/16 April 2002). Data tersebut, belum termasuk pembajakan terhadap karya-karya local sampai saat ini.
Salah satu bukti kasar yang dapat kita lihat di lapangan yaitu semakin meningkatnya konsumen maupun produsen produk-produk imitasi di berbagai tempat. Terlepas dari legal maupun tidak legalnya kegiatan perekonomian semacam ini, kita dapat saksikan dengan jelas bahwa tempat-tempat yang menjual produk-produk imitasi tidak pernah sepi dari kegiatan perekonomian, sekalipun itu pada hari libur. Bahasan ini semakin menarik karena produk imitasi yang dahulunya dianggap hanya mengunggulkan harga yang murah dengan mengabaikan kualitas dari produk yang ditawarkan, ternyata saat ini tidak seluruhnya benar. Sebab dalam sebuah perbincangan, penulis menemukan sebuah pendapat baru bahwa tidak semua barang imitasi kualitasnya rendah, pada kenyataannya banyak barang imitasi sudah mulai menyamai kualitas dari barang yang diimitasinya. Bahkan ada beberapa produsen produk imitasi yang berani menyatakan bahwa produk yang ditawarkannya tidak kalah dengan produk aslinya.
Hal ini semakin masuk akal ketika ada sebuah argumen bahwa produk imitasi dapat menawarkan produknya dengan kualitas hampir menyamai bahkan sama dengan produk aslinya dengan harga yang jauh dibawah harga produk asli, disebabkan produsen produk imitasi dapat memangkas banyak biaya yang seharusnya harus dikeluarkan oleh para produsen produk asli. Sebagian produsen produk asli mematok harga yang mahal dikarenakan mereka harus menutup berbagai biaya seperti biaya promosi, dimana sebagian besar perusahaan dunia menganggarkan sepertiga dari anggaran tahunannya untuk biaya ini-, biaya penelitian dan pengembangan produk, biaya penyaluran & distribusi serta pajak yang persentasenya tidak sedikit. Selain itu, harga mahal dapat juga disebabkan karena produk tersebut telah memiliki popularitas dimata konsumen, sehingga beberapa konsumen cenderung “membeli merek” dan mengesampingkan kualitas maupun harga.
Di bidang merek, pelanggaran tidak hanya menyangkut merek-merek asing. Selain merek terkenal asing, termasuk yang telah diproduksi di dalam negeri, merek-merek lokal juga tak luput dari sasaran peniruan dan pemalsuan. Di antaranya, produk rokok, tas, sandal dan sepatu, busana, parfum, arloji, alat tulis dan tinta printer, oli, dan bahkan onderdil mobil. Dalam hubungannya dengan perekonomian, Pasar eceran Oesapa Naikoten dan Oeba . Pasar eceran Oesapa Kota Kupang  merupakan salah satu pasar yang dikunjungi konsumen dalam jumlah yang relatif besar. Dari sebuah sumber pengunjung pasar eceran Oesapa Kota Kupang tiap pekannya diperkirakan mencapai 1000 orang yang berasal dari seluruh pelosok Kota Kuapang hingga Kabupaten Kupang, Kabupaten TTS, Kab TTU dan kabupaten Belu, maupun Malaka Ini juga menjadi menarik untuk diteliti oleh penulis, karena secara umum cukup meratanya pengunjung pasar Oesapa baik itu dari asal domisilinya, tingkat pendapatannya, tingkat pendidikannya, golongan usianya, dan jenis kelaminnya, diharapkan dapat memberikan gambaran tentang pendapat penduduk Kota Ku mengenai peredaran produk imitasi jenis fashion di kotanya atau minimal pendapat pengunjung pasar eceran Oesapa itu sendiri.
Hal yang menarik lainnya adalah hal apa yang membuat banyak orang yang mengunjungi pasar eceran Oesapa Kota Kuapang tiap pekannya? Apakah karena faktor produk yang ditawarkan disana memiliki variasi produk yang banyak? atau karena harga produk yang ditawarkan disana relaitif dibawah harga normal yang berlaku?
Namun terlepas dari itu semua, pasar eceran Oesapa kota Kupang telah memberikan kontribusi besar dalam perekonomian setiap pekannya. Baik itu kontribusi bagi pedagangnya sebagai tempat mencari nafkah, kontribusi yang berasal dari biaya retribusi yang masuk ke kas Pemda, atau kontribusi bagi konsumen yang mendapat penawaran produk dengan harga yang relatif terjangkau. Di lain sisi lain banyak meresahkan pihak-pihak yang merasa terancam dengan keberadaan pasar jenis ini. Banyak hal yang harus diamati mengenai tempat ini sebab bukan hanya efek negatif saja yang ditimbulkan, namun ternyata efek positif bagi beberapa pihak juga dapat dirasakan dengan jelas.
Kembali ke masalah perilaku pembelian konsumen, untuk memahami pola perilaku pembelian konsumen yang unik ini, maka kita akan membahasnya melalui sudut pandang atribut-atribut program pemasaran sebuah produk (marketing mix). Atribut-atribut program pemasaran sebuah produk tersebut dapat menjadi sebuah obyek yang menarik dan mengundang perhatian, terutama bagi pengunjung pasar eceran Oesapa kota Kupang dan penduduk Propinsi NTT pada umumnya. Selanjutnya, atribut tadi menjadi stimulus (rangsangan) yang akan diinterpretasikan hingga menjadi gambaran yang berarti dan saling berkaitan atau persepsi, berdasarkan kriteria evaluasi yang ada di benak mereka. Setiap individu memiliki kriteria evaluasi yang berbeda antara satu dengan yang lainnya sehingga persepsi yang muncul pun akan berbeda-beda. Sementara itu suatu obyek akan dapat dinilai dari berbagai segi berdasarkan jumlah atribut yang melekat padanya. Kumpulan persepsi seseorang terhadap suatu obyek membentuk suatu citra tertentu atas obyek yang bersangkutan, maka dalam penelitian ini bila obyeknya adalah suatu produk imitasi jenis fashion maka citra yang terbentuk itu disebut citra produk imitasi jenis fashion.
Konsumen sebagai individu perilakunya turut dibentuk oleh faktor psikologis yang terdiri dari motivasi, persepsi, pengetahuan, keyakinan dan pendirian. Dengan demikian, perilaku pembelian yang diperagakan konsumen terhadap suatu produk imitasi jenis fashion juga dapat turut dibentuk oleh sekumpulan persepsi mereka terhadap atribut produk imitasi jenis fashion yang mereka rasakan.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk meneliti bagaimana pengaruh penawaran produk imitasi jenis fashion terhadap keputusan pembelian konsumen di pasar eceran oesapa kota kupang dengan judul “Pengaruh Penawaran Produk Imitasi Jenis Fashion terhadap Proses Keputusan Pembelian Konsumen pada Konsumen Pasar Eceran Oesapa kota kupang”

C.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan pada halaman sebelumnya maka Penulis mengambil rumusan masalah sebagai acuan dalam penelitian ini :
Bagaimana pengaruh penawaran produk jenis fashion terhadap proses keputusan pembelian konsumen pada pasar enceran di Oesapa kota Kupang.

D.    Tujuam dan Manfaat Penilitian
1.    Tujuan Penilitian
a.       Bagaimana pengetahuan konsumen yaitu konsumen pasar eceran Oesapa Kota kupang Propinsi NTT mengenai maraknya penawaran produk-produk imitasi jenis fashion di pasar eceran  Oesapa Kota Kupang.
b.      Bagaimana tanggapan konsumen yaitu konsumen pasar eceran  Kota kupang  mengenai maraknya penawaran produk-produk imitasi jenis fashion di pasar eceran di Oesapa.
c.       Seberapa besar pengaruh penawaran produk-produk imitasi tersebut terhadap proses keputusan pembelian produk fashion pada konsumen pasar eceran di Oesapa Kota Kupang  propinsi NTT.
2.    Manfaat penilitian
a.       Bagi Pemerintah, hasil penilitan ini diharapkan sebagai salah satu pertimbagan dalam pengelolaan marketing mix dengan benar.
b.      Bagi penulis sebagai bahan perbandingan sampai sejauh mana teori-teori  yang sudah diperoleh selama masa perkuliahan dapat diterapkan secara nyata.  
c.       Bagi Pihak lain, sebagai bahan bacaan dan pendorong dilaksanakan penelitian lebih lanjut.




E.     TINJAUAN PUSTAKA
1.    Usaha Enceran
Berbagai alasan teknis dan ekonomis menyebabkan tidak semua produsen mau dan mampu berhubungan langsung dengan konsumen akhir produk yang dibuatnya. Sehingga mereka membutuhkan adanya jalur distribusi yang menghubungkan antara produsen dan konsumen akhir. Konsumen pun dengan alasannya sendiri juga tidak selalu merasa perlu untuk membeli langsung dari produsen. Dengan demikian, baik produsen maupun konsumen memang membutuhkan penghubung yang memberi kemudahan dan manfaat bagi semua pihak. Dalam dunia bisnis, peran penghubung itu dijalankan oleh usaha eceran.
2.    Pengertian Usaha Enceran Dan Pengencer
Kondisi pasar yang dinamis membuat pengecer harus terus memperhatikan strategi pemasarannya agardapat terus menarik banyak konsumen. Dalam kaitan ini para pemasar akan membuat bermacam-macam keputusan, menurut Kotler (2000:596) keputusan tersebut adalah:
a.         Keputusan pasar Sasaran
Merupakan keputusan paling penting bagi seorang pengecer. Sebelum pasar sasaran didefinisikan dan diketahui profilnya, pengecer tidak dapat membuat keputusan yang konsisten mengenai ragam produk, pola pelayanan, pesan, promosi maupun harga yang pantas, dan lain-lain. Berdasarkan pasar sasaran ini pengecer akan mencipt akan strategi yang sesuai.
b.         Keputusan ragam produk dan perolehan
Ragam produk (pruduct assortment) pengecer harus sesuai dengan harapan belanja pasar sasarannya. Pengecer harus memutuskan keluasan (sempit dan lebar) dan kedalaman (dangkal dan dalam) ragam produk. Dimensi ragam produk lainnya adalah kualitas barang. Pelanggan tertarik dengan kualitas produk seperti halnya dengan rentang produk.
c.          Keputusan pelayanan dan suasana
Bauran pelayanan (sevice mix) merupakan salah satu alat utama untuk mendiferensiasikan suatu eceran dengan eceran lainnya. Alat lainnya adalah suasana/lingkungan (atmosphere). Suatu eceran harus membentuk suatu suasana terencana yang sesuai dengan pasar sasarannya dan dapat menarik konsumen untuk membeli.
d.         Keputusan harga
Harga pengecer merupakan faktor utama penentuan posisi dan haru diputuskan sesuai dengan pasar sasarannya, bauran ragam produk dan pelayanan, serta persaingan. Semua pengecer menginginkan margin yang tinggi dan mencapai volume penjualan yang besar, tapi biasanya kedua hal tersebut tidak dapat berjalan bersamaan. Pengecer umumnya digolongkan menjadi kelompok margin tinggi dengan volume kecil atau kelompok margin rendah dengan volume besar.
e.          Keputusan promosi
Pengecer menggunakan berbagai macam alat promosi untuk menarik pengunjung dan menciptakan pembelian serta memperkuat penentuan posisi citranya. Bentuk promosi yang dilakukan dapat berupa advertising, obral khusus, kupon potongan harga dan lain-lain.
f.          Keputusan tempat
Para pengecer biasa mengungkapkan tiga kunci keberhasilan adalah “lokasi, lokasi, lokasi”. Hak ini menunjukkan bahwa keputusan lokasi merupakan keputusan sangat penting yang harus dibuat secara cermat. Pengecer memiliki pilihan untuk menempatkan usahanya di daerah pusat bisnis, pusat perbelanjaan regional, pusat perbelanjaan lingkungan, jalur perbelanjaan, atau pada suatu lokasi di dalam toko yang lebih besar.
3.    Produk
Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke suatu pasar untuk memenihi keinginan dan kebutuhan. Produk-produk yang dipasarkan meliputi barang fisik, jasa, pengalaman, peristiwa, orang, tempat, properti, organisasi dan gagasan.
4.    Hierarki Produk
Tiap produk berkaitan dengan produk-produk lain tertentu. Hierarki produk terentang mulai dari kebutuhan dasar sampai produk-produk khusus yang memuaskan kebutuhan khusus. Kita dapat mengidentifikasi tujuh level hierarki produk (Kotler 2000:450) sebagai berikut:
a.    Rumpun Kebutuhan (need family):Kebutuhan inti yang mendasari keberadaan suatu kelompok produk.
b.    Rumpun Produk (product family): Semua kelas produk yang dapat memenuhi suatu kebutuhan inti dengan efektivitas yang memadai.
c.    Kelas Produk (product class): Sekelompok produk dalam rumpun produk yang diakui mempunyai persamaan fungsional.
d.   Lini Produk (product line): Sekelompok produk dalam suatu kelas produk yang berkaitan erat karena produk-produk itu melaksanakan fungsi yang serupa, dijual pada kelompok pelanggan yang sama, dipasarkan melalui saluran distribusi y  ang sama, atau berada dalam rentang harga tertentu.
e.    Jenis Produk (product type): Sekelompok produk dalam lini produk yang sama-sama memiliki sejumlah kemungkinan bentuk produk.
f.      Merek (brand): Nama, yang diasosiasikan dengan satu atau beberapa produk dalam lini produk, yang digunakan untuk  mengidentifikasi sumber atau karakter produk tersebut.
g.    Unit Produk (item, stockkeeping unit, atau product variant) : Satu unit tersendiri dalam suatu merek atau lini produk yang dapat dibedakan menurut ukuran, harga, penampilan, atau atribut lain.

5.    Klasifikasi Produk
Kotler (2000:451) menyatakan bahwa, Pemasar biasanya mengklasifikasikan produk berdasarkan karakteristik produk: daya tahan, keberwujudan, dan penggunaan (konsumen atau industri). Tiap jenis produk memiliki strategi bauran pemasaran yang sesuai.

6.    Daya Tahan dan Keberwujudan
Produk dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok menurut daya tahan dan wujudnya sebagai berikut:
a.       Barang yang tidak tahan lama (nondurable goods): adalah barang berwujud yang biasanya dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali penggunaan.
b.      Barang tahan lama (durable goods): adalah barang berwujud yang biasanya dapat digunakan berkali-kali.
c.       Jasa (services): Jasa bersifat tidak berwujud, tidak dapat dipisahkan, dan mudah habis. Akibatnya, jasa biasanya memerlukan lebih banyak pengendalian mutu, kredibilitas pemasok, dan kemampuan penyesuaian.

7.    Klasifikasi Barang Konsumen
Banyaknya jenis barang yang dibeli konsumen dapat diklasifikasikan berdasarkan kebiasaan berbelanja konsumen. Kita dapat membedakan antara barang kenyamanan (convinience), belanjaan (shopping), khusus (speciality), dan barang yang dalam kondisi normal tidak dicari (unsought).
a.       Barang convenience adalah barang-barang yang biasanya sering dibeli konsumen, segera, dan dengan usaha yang minimum.
b.      Barang shopping adalah barang-barang yang karakteristiknya dibandingkan berdasarkan kesesuain, kualitas, harga, dan gaya dalam proses pemilihan dan pembelian.
c.       Barang khusus (speciality goods) adalah barang-barang dengan karakteristik unik dan/atau identifikasi merek dimana untuk memperoleh barang-barang itu sekelompok pembeli yang cukup besar bersedia melakukan usaha khusus untuk membelinya.
d.      Barang unsought adalah barang-barang yang tidak diketahui konsumen atau diketahui namun secara normal konsumen tidak berpikir untuk membelinya
.
8.    Perilaku Konsumen   
Semakin meningkatnya persaingan bisnis mendorong pengusaha eceran untuk lebih berorientasi kepada konsumen atau pelanggan. Untuk mendukung upaya tersebut diperlukan pengetahuan mengenai konsumen terutama mengenai perilakunya. Loudon dan Della Bitta (1993:5) memberi definisi perilaku konsumen sebagai berikut:“…the decision process and phyisical activity individuals engage in when evaluating, acquiring, using, or disposing of goods and services” Sedangkan Schiffman dan Kanuk (2004:6) sebagai berikut:
“The behavior that consumers display in searching for, purchasing, using, evaluating, and disposing of products, services, and ideas which they expect will satisfy their needs”.
Dengan kata lain perilaku konsumen meliputi altivitas bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, memakai dan membuang barang, jasa, gagasan atau pengalaman dalam rangka memuaskan kebutuhan dan hasrat mereka.
Memehami perilaku konsumen dan mengenal pelanggan bukanlah hal yang sederhana. Pelanggan mungkin menyatakan kebutuhan dan keinginan mereka namun dapat bertindak sebaliknya. Mereka mungkin menanggapi pengaruh yang merubah pikiran pikiran mereka pada menit-menit terakhir. Karenanya pemasar harus mempelajari keinginan, persepsi, preferensi serta perilaku belanja dan pembelian pelanggan sasaran mereka.

9.    Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pembelian Konsumen
Perilaku pembalian konsumen dipengaruhi oleh banyak faktor. Kotler (2000:183) menyatakan bahwa perilaku pembalian konsumen dipengaruhi oleh faktor budaya, sosial, kepribadian dan kejiwaan.
a.    Faktor Budaya
-       Budaya.
Budaya adalah penentu keinginan dan perilaku yang paling mendasar. Budaya menurut Schiffman dan Kanuk (2004:406) adalah“sum total of learned beliefs, values, and customes that serve to direct consumer behavior of members of a particular society” atau budaya merupakan sekumpulan keyakinan yang dipelajari, nilai-nilai dan kebiasaan yang mengarahkan perilaku konsumen dari anggota suatu masyarakat tertentu.
-       Sub-budaya.
Sub-budaya terdiri daru bangsa, agama, kalompok ras dan wilayah geografis. Banyak sub-budaya yang membentuk segmen pasar penting dan pemasar sering merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka.
-       Kelas Sosial.
Pada dasarnya semua masyarakat memiliki strata sosial. Menurut Engel, Blackwell dan Miniard (1994:69) mengacu pada pengelompokkan orang yang sama dalam perilaku mereka berdasarkan posisi mereka di dalam pasar. Determinan dari apa yang dapat dibeli oleh konsumen ditentukan oleh kelas sosial yaitu pendapatan dan kekayaan konsumen bersangkutan.
b.    Faktor Sosial
-       Kelompok Acuan
Kelompok Acuan terdiri dari semua kelompok yang memiliki pengaruh langsung atau tidak langsung kepada sikap dan perilaku seseorang. Kelompok yang memiliki pengaruh langsung terhadap seseorang disebut membership group. Seseorang menjadi anggota dari dua membership group yaitu pertama, primary group seperti keluarga, teman, tetangga, teman kerja yang secara informal dan berkesinambungan berinterkasi dengan seseorang, yang kedua adalahsecondary groups yaitu agama, profesi atau kelompok dagang yang cenderung berinteraksi secara formal dan kurang berkesinambungan.
-       Keluarga
Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat. Anggota keluarga merupakan kelompok acuan primer yang paling berpengaruh.
-       Peran dan Status 
Peran dan status muncul sebagai konsekuensi dari keterlibatan individu dalam berbagai kelompok. Peran terdiri dari kativitas-aktivitas yang diharapkan ditampilkan atau dilakukan dari seseorang. Tiap peran menyebabkan timbulnya status. Manusia memilih produk yang dapat menunjukkan peran dan statusnya di masyarakat.

c.     Faktor Pribadi
-       Usia dan tahap
siklus hidup Orang membeli barang dan jasa yang berbeda sepanjang hidupnya. Usia seseorang membentuk kebutuhan dan selera tertentu terhadap suatu produk.
-       Pekerjaan 
Pola konsumsi seseorang dipengaruhi oleh jenis pekerjaan yang dijalaninya. Kebutuhan orang yang bekerja sebagai top managerberbeda dengan pekerja kasar yang berlokasi di lapangan.
-       Keadaan ekonomi 
Keadaan ekonomi mempengaruhi pilihan produk seseorang. Keadaan ekonomi terdiri dari penghasilan yang dapat dibelanjakan, tabungan dan aktiva, utang, kemampuan untuk meminjam dan sikap terhadap belanja atau menabung.
-       Gaya hidup. 
Gaya hidup adalah pola hidupseseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang berinterkasi dengan lingkungannya.
-       Kepribadian dan Konsep diri . 
-       Kepribadian dan konsep diri merupakan karakteristik psikologis yang berbeda dari seseorang yang menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungannya. Kepribadian biasanya dijelaskan dengan menggunakan ciri-ciri seperti kepercayaan diri, dominasi, otonomi, ketaatan, kemampuan bersosialisasi, daya tahan dan kemampuan beradaptasi. Yang berkaitan dengan kepribadian adalah konsep diri atau citra pribadi yang merupakan cara pandang seseorang menurut dirinya sendiri, bagaimana ia ingin dipandang orang lain dan bagaimana ia menganggap orang lain memandang dirinya.
d.    Faktor Kajiwaan
-       Motivasi
Seseorang memiliki banyak kebutuhan pada waktu tertentu. Beberapa kebutuhan bersifat biogenis yaitu muncul dari tekanan biologis seperti rasa lapar, haus dan tidak nyaman. Kebutuhan lain bersifat psikogenis yaitu muncul dari tekanan psikologis seperti kebutuhan akan pengakuan, penghargaan atau rasa untuk memiliki. Suatu kebutuhan akan menjadi motivasi jika ia didorong sampai mencapai tingkat identitas yang memadai.
-       Persepsi
Seseorang yang termotivasi menjadi siap untuk bertindak dengan dipengaruhi oleh persepsinya terhadap situasi tertentu. Persepsi merupakan proses bagaimana seseorang indibvidu memilih, mengorganisasikan dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti. Orang bisa memiliki persepsi yang berbeda atas obyek yang sama karena tiga proses persepsi yaitu perhatian selektif, distorsi selektif dan ingatan selektif.
-       Pengetahuan. Pembelajaran
meliputi perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman. Para ahli yakin bahwa pembelajaran dihasilkan melalui perpaduan dari dorongan, rangsangan, petunjuk, tanggapan dan penguatan.
-       Keyakinan dan Kepribadian.
Melalui bertindak dan belajar orang mendapatkan keyakinan dan sikap. Hal ini kemudian mempengaruhi perilku pembelian mereka. Keyakinan adalah pemikiran deskriptif yang dianut seseorang tentang suatu hal. Sedangkan sikap adalah evaluasi, perasaan emosional dan kecenderungan tindakan yang menguntungkan dan bertahan lama dari seseorang terhadap beberapa obyek atau gagasan. Sikap mengarahkan orang berperilaku secara cukup konsisten terhadap obyek yang serupa.

F.   METODE PENILITIAN
1.      Metode penilitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuannya adalah membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir, 1985:63). Terdapat beberapa metode dalam metode deskriptif, dalam penelitian ini yang digunakan adalah metode survey yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok (Singarimbun, 1995:3). Sedangkan sifat penelitian ini adalah verifikatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk menguju kebenaran suatu hipotesis.

2.    Operasionalisasi Variabel
 Yang akan diteliti adalah penawaran produk imitasi jenis fashion pada konsumen pasar rakyat Oesapa sebagai variabel bebas atau independen (Variabel X) dan proses keputusan pembelian konsumen sebagai variabel tidak bebas atau dependen (Variabel Y). Adapun secara lebih rinci operasionalisasi variabel dapat dilihat pada tablel

VARIABEL

SUB VARIABEL
KONSEP
INDIKATOR
UKURAN
SKALA
Penawaran produk imitasi jenis Fashion    ( Variabel x )







































Segala informasi yang dimiliki konsumen mengenai berbagai macam produk imitasi terutama dari jenis fashion, serta yang berhubungan dengan fungsinya sebagai konsumen



Produk
( product )
(x1)
Seorang konsumen seringkali akan melihat suatu produk yang ditawarkan berdasarkan kepada ciri-ciri atau atribut pemasaran yang melekat pada produk yang ditawarkan tersebut.
Produk yang beragam dan lengkap
Tingkat pengatahuan mengaenai produck
Ordinal
Kualitas produk yang hampir menyamai produk aslinnya
Ordinal
Produk yang selalu up to date/mengeikuti perkembangan jaman
Ordinal
Harga
( Price )
( x 2 )
























Harga produk yang terjangkau
Tingkat Pengatahuan Mengenai Harga








Ordinal
Harga produk yang sesuai dengan kualitasnya



Ordinal
Harga produk yang bisa ditawarkan
Ordinal
Harga produk yang berfariasi


Ordinal













Tempat
( place )

Tempat penjualan yang strategis dan mudah dijangkau
Tingkat pengetahuan mengenai tempat
Ordinal
Situasi lingkungan yang nyaman
Ordinal
Adanya fasilitas penunjang seperti sarana olah raga

Ordinal
Promosi
(promotion)
(x4)
Pemberian bonus atau hadiah
Tingkat pengetahuan mengenai
Ordinal



terhadap transaksi tertentu
promosi

Proses Keputusan Pembelian Konsumen
(Var Y)

























Memilih satu aktivitas pembelian dari dua atau lebih pilihan



Need recognition
(Pengenalan masalah
Kesadaran akan adanya perbadaan antara keadaan sebenarnya dengan keadaan yang diinginkan

Bagaimana pengetahuan konsumen mempengaruhi kebutuhan akan pembelian produk fashion imitasi
Tingkat kebutuhan
  Konsumen
Ordinal
Information search
(Pencarian informasi)

Upaya konsumen untuk memperoleh informasi
Pencarian informasi untuk pemecahan masalah
Tingkat keinginan konsumen
Ordinal
Evaluation of alternative
(Penilaian alternatif)

Penilaian yang dilakukan konsumen diantara beberapa alternatif pilihan yang tersedia
Pencarian alternatif produk
Tingkat motivasi mencari alternative
Ordinal
Kemudahan dalam memilih produk yang diinginkan
Mencari kemudahan

Kesesuian harga dengan tingkat penghasilan
Tingkat kesesuaian harga

Kemudahan dalam mengakses tempat
Tingkat kemudahan

Purchase behavior
(Keputusan pembelian)

Keputusan yang menyebabkan konsumen memilih satu pulihan diantara berbagai penawaran
Keputusan pembelian
Tingkat kesepakatan konsumen

Frekuensi pembelian
Tingkat frekuensi pembelian


Rencana pembelian
Tingkat
frekuensi
perencanaan pembelian konsumen


Post purchase behavior
(Perilaku setelah pembelian)

Perilaku yang diperlihatkan konsumen setelah melakukan pembelian
Sikap kon umen setelah melakukan pembelian
 Tingkatsikap konsumen setelah melakukan pembelian


Pembelian kembali (repurchasing
Tingkatrepurchasing


3.    Sumber dan Cara Penentuan Data
a.       Jenis dan Sumber Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini dapat digolongkan dalam dua kelompok, yaitu:
1)                Data primer, yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara langsung dan hasil kuesioner yang disebarkan kepada responden.
2)                Data sekunder, yaitu data yang telah ada dan tersusun secara sistematis serta merupakan hasil penelitian atau rangkuman dari dokumen-dokumen perusahaan serta literatur lain seperti buku, majalah, surat kabar, makalah dan situs web.
4.    Metode Penarikan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode pengambilan sampel proporsional (purposive sampling). Dalam penelitian ini, purposive akan diarahkan agar lebih proporsional dan dalam mengambil sampel akan diambil berdasarkan proporsi jenis kelamin yakni proporsi antara pria dan wanita serta tingkat usia responden yakni proporsi dalam 6 golongan usia yang akan digambarkan pada kuesioner nantinya. Rumus yang digunakan adalah rumus
n =    N
( Na² )+ 1
 
dari Slovin yaitu:

           
          Dengan :
            n       =  Jumlah Sampel
            N      =  Jumlah Populasi
            α       =  Tingkat Keyakinan

Besarnya populasi (N) diambil dari frekuensi kunjungan atau transaksi rata-rata tiap pekan. Menurut data yang diperoleh, frekuensi kunjungan atau transaksi rata-rata tiap pecan adalah 10.000 kunjungan atau transaksi, Sehingga jumlah sampel dapat ditentukan sebagai berikut:

  n =       10.000     
                           (10.000)(0,12) + 1
                n =   99 ~100 orang responden
Dengan demikian jumlah sampel yang dibutuhkan adalah 100 orang

5.     Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data mengenai obyek penelitian, maka digunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:
1)      Penelitian lapangan (Field Research) yang terdiri dari:
a.    Teknik wawancara (interview), yaitu dengan melakukan tanya jawab atau wawancara langsung kepada konsumen produk yaitu konsumen Pasar eceran Oesapa kota kupang yang menjadi obyek penelitian. Teknik ini dilaksanakan dalam jumlah sampel terbatas dan akan dijadikan salah satu rujukan dalam penyusunan kuesioner ataupun hasil akhir
b.    Kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data primer yang dilakukan melalui penyebaran kuesioner kepada sejumlah sampel responden yang dianggap dapat mewakili seluruh populasi yang akan diteliti berdasarkan metode statistik tertentu yang akan dilaksanakan pada konsumen pasar eceran Oesapa Kota kupang di tempat tersebut dan pada hari minggu tiap pekannya selama (3) tiga pekan berturut-turut.
c.    Teknik Observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan langsung terhadap kegiatan perdagangan di pasar eceran Oesapa Kota kupang  yang juga akan digunakan sebagai sumber penyusunan kuesioner.
2)      Penelitian kepustakaan (library research)
Penelitian ini dilakukan dengan mengadakan kegiatan pengumpulan bahan-bahan melalui buku-buku bacaan, catatan kuliah, literatur lainnya yang berhubungan dengan topik penulisan ini. Tujuan penelitian kepustakaan ini adalah untuk memperoleh data teoritis untuk membangun landasan teori yang kuat untuk mendukung penelitian ini.

6.    Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis
1)   Skala Pengukuran
Data yang dihasilkan dari penyebaran kuesioner ini berskala ordinal mengingat kuesioner yang disebarkan menggunkan skala Likert dengan kisaran 1-5. Penggunaan skala ordinal tidak memungkinkan untuk memperoleh nilai mutlak (absolut) dari objek yang diteliti.
2)   Uji Validitas
 Uji Validitas digunakan untuk menguji ketetapan setiap item dalam mengukur instrumennya, teknik uji yang digunakan adalah teknik korelasi item total melalui Koefisien Korelasi Pearson. Skor setiap item pertanyaan yang diuji kevalidannya dikorelasikan dengan skor total seluruh item (Sugiyono, 2000:106). Jika koefisienan korelasi Pearson positif dan signifikan maka item valid, jika nonsignifikan, nol, atau negatif maka item tidak valid (Singrimbun, 1995:139). Item yang tidak valid disisihkan dari kuesioner dan digantikan dengan item perbaikan.

r      =               nΣYX - (ΣX)(ΣY)              
     √((nΣX2 – (ΣX)2) (nΣY2 – (ΣY)2))

                  Rumus Koefisien Korelasi Product Moment Pearson:


Keterangan:
rs = Koefisien Korelasi
n = Jumlah responden
Y = Jumlah skor total seluruh item
X = Jumlah skor tiap item

3)   Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas dilakukan untuk menguji kehandalan atau konsistensi instrumen. Item-item yang dilibatkan dalam uji reliabilitas ini adalah seluruh item yang valid atau setelah setelah item yang tidak valid disisihkan. Taknik uji yang digunakan adalah Teknik Belah Dua (Split Half) melalui Koefisien Reliabilitas Spearman-Brown (Singarimbun, 1998). Skor item valid berurutan ganjil (dijumlahkan sehingga diperoleh belahan ganjil). Sementara skor item-item valid berurutan genap juga dijumlahkan sehingga diperoleh skor total belahan genap. Selanjutnya, skor total belahan ganjil dan belahan genap dikorelasikan melalui Koefisien Korelasi Pearson. Nilai Koefisien Korelasi yang diperoleh kemudian digunakan untuk mengukur reliabilitas instrumen dengan menstransformasikannya ke dalam rumus Kefisien Reabilitas Spearman-Brown sebagai berikut:
1+ ri =     2 rb
 

Keterangan :
1 + rb             rb = Koefisien Korelasi Pearson antara skor total belahan ganjil dengan genap
Jika Koefisien Reliabilitas Spearman-Brown positif dan signifikan maka instrumen reliabel, jika nonsignifikan, nol, atau negatif maka instrumen tidak reliabel (Singarimbun, 1995:139). Item yang tidak valid disisihkan dari kuesioner atau digantikan dengan item perbaikan.
Signifikansi Koefisien Korelasi Pearson untuk uji validitas maupun Koefisien Korelasi Spearman-Brown untuk uji reliabilitas diuji melalui statistik t. Hubungan antara nilai r dengan statistik t dirumuskan sebagai berikut:


t = r √ n – 2
           1 - r2

 
 
 
                                             
               (Sugiyono, 2005:215)

Uji Signifikansi mengikuti sebaran t- studen dengan derajat bebas db= n-2 dan dengan taraf kesalahan dua sisi α = 0,10 Penentuan signifikansinya dilihat melalui peluang kesalahan (   = value) atau tabel-r yang sesuai denga sebaran t- studen. Untuk jumlah data n =…., maka nilai r tabel = …..yang bersesuaian dengan r tabel = …..  Jika –value < atau r hitung > tabel maka Koefisien Korelasi Pearson atau Koefisien Korelasi Spearman-Brown signifikan dan sebaliknya.
4)   Metode Analisis&Uji Hipotesis
Untuk menjawab masalah dan mengungkap tujuan penelitian, pertama digunakan metode analisis dekriptif berdasarkan kuesioner dan wawancara. Pelaksanaan meliputi pengumpulan data, penyusunan data, dan interpretasi tentang arti data tersebut.
            Metode analisis yang digunakan untuk menjawab masalah dan mengungkap tujuan penelitian kedua yaitu pengaruh peredaran produk bajakan jenis fashion terhadap keputusan konsumen adalah metode kualitatif dan kuantitatif dimana:
             Metode kualitatif, mengemukakan data-data yang didapat dengan mengelompokkan, mentabulasi, dan memberikan penjelasan.
             Metode kuantitatif, dilakukan dengan menggunakan alat bantu statistik. Metode statistik yang digunakan untuk menganalisis hubungan variabel yang diteliti adalah sebagai berikut:
a)           Metode Succesive Interval (MSI) Langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mengolah data yang diperoleh dari kuesioner yang telah diisi oleh para responden dengan mengubah dari skala ordinal menjadi skala interval adalah sebagai berikut:
-                      mengolah setiap jawaban dari kuesioner yang telah disebar, kemudian menghitung frekuensi dan persentasinya.
-                      Memberikan pembobotan untuk setiap jawaban berskala ordinal.
-                       Pertanyaan positif atau mendukung penelitian akan diberi skor 5-4-3-2-1 dan pertanyaan negative atau pertanyaan yang tidak mendukung penelitian diberi skor 1-2-3-4-5 (menggunakan skala Likert).
 Karena data yang diperoleh melalui kuesioner berskala pengukuran ordinal, maka skala ukuran tersebut harus diubah terlabih dahulu menjadi skala interval dengan menggunakan Method of Successive Interval (MSI). Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a.            Perhatikan setiap butir pertanyaan.
b.               Untuk setiap butir tersebut, tentukan berapa orang yang mendapat skor 1,2,3,4 dan 5 yang disebut frekuensi.
c.            Untuk setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya responden dan hasilnya disebut proporsi.
d.           Tentukan proporsi kumulatif dengan menjumlahkan proporsi tadi secara berurutan.
e.            Dengan menggunakan tabel distribusi normal, tentukan nilai Z untuk masing-masing proporsi kumulatif.
f.            Tentukan nilai densitas untuk nilai Z yang diperoleh dengan menggunakan tabel densitas.
g.             Tentukan nilai skala dengan menggunakan rumus:
            
SV =    Density of Lower Limit – Density of Upper Limit
Area Under Upper Limit – Area Under Lower Limit

h.            Tentukan nilai transformasi skala dengan menggunakan rumus:



Y = SV +      SVterkecil 

 
 



b)           Analisis Korelasi Linier Sederhana
Digunakan untuk mengetahui derajat korelasi antara variabel bebas dengan variabel terikat yang akan diuji dengan menggunakan SPSS (Statistic Pruduct and Service Solution) versi 12.0 for Windows.
Koefisien Korelasi terletak antara -1 dan 1, dimana:
rxy = 1, artinya hubungan Linier Positif Sempurna antara X dan Y. Jika Nilai X bertambah besar, maka nilai Y juga bertambah besar dan demikian pula sebaliknya.
rxy = -1, artinya hubungan Linier Negatif Sempurna antara X dan Y. Jika Nilai X bertambah besar, maka nilai Y bertambah kecil dan demikian pula sebaliknya.
rxy = 0, artinya tidak ada hubungan Linier antara X dan Y.
               Untuk mencari Koefisien Korelasi yang mengukur besarnya kontribusi X terhadap Y adalah menggunakan Product Moment Method Correlation Analysis:


r      =       nΣYX - (ΣX)(ΣY)
√((nΣX2 – (ΣX)2) (nΣY2 – (ΣY)2))


 
 


  

            Data yang digunakan untuk menguji konseptual yang dikemukakan dalam suatu penelitian merupakan data yang berasal dari suatu sampel yang berukuran n, maka harus diuji keberartian koefisien korelasi dengan menggunakan uji statistik t sebagai berikut:


t =   r √ n - 2
                                     1 - r2

 
 


              
          

Pada akhirnya, nilai t hitung yang didapat dibandingkan dengan t tabeldengan df = n-2, pada taraf kesalahan α = 0,10 dua sisi dan kriteria penolakannya adalah:
Tolak Ho dan Hi diterima apabila t hitung > t tabel atau t hitung < t tabel maka Ho diterima dan Hi ditolak.
Ho : Penawaran Produk imitasi jenis fashion tidak berpengaruh terhadap proses keputusan pembelian konsumen pada konsumen pasar eceran Oesapa Kota Kupang
Hi :           Penawaran Produk imitasi jenis fashion berpengaruh terhadap proses keputusan pembelian konsumen pada konsumen pasar eceran Oesapa Kota Kupang



G.          KERANGKA PERPIKIR DAN HIPOTESIS
1.                   Keragka Berpikir
Menurut Kotler (2000) nonstore retailing berusaha agar konsumen sebagai pihak pembeli tertarik untuk membeli barang-barang yang  mereka butuhkan walaupun mereka tidak harus membelinya di sebuah toko tertentu. Dengan demikian tugas pengecer non toko-lah untuk menjadikan penawaran produknya semenarik mungkin sehingga banyak mendapat perhatian, kunjungan serta pembelian dari konsumen. Untuk mencapai hal tersebut pengecer perlu memahami faktor-faktor yang dapat menimbulkan ketertarikan konsumen.
Faktor yang dapat menjadi obyek daya tarik dari suatu produk bajakan adalah atribut-atributnya, sedangkan untuk mengelola atau mengemas obyek tersebut agar memberi daya tarik yang sesuai harus dipahami perilaku dari pihak yang akan dibuat tertarik yaitu konsumen. Maka pengecer harus memahami dengan baik terlebih dahulu faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan perilaku konsumen, khususnya perilaku pembeliannya. Semakin banyak pengecer atau pemasar mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen semakin besar pula kemampuannya untuk mendesain produk atau jasa yang menarik, mendefinisikan target pasarnya, menentukan program pemasaran strategis yang sesuai, serta mengetahui pesaing atau competitor yang mengancam kelangsungan pemasaran sebuah produk.
 Konsumen akan memberi reaksi pada stimuli atau rangsangan yang dirasakannya sehingga berminat untuk membeli produk yang memiliki stimuli tertentu. Sumber rangsangan dari sebuah produk –baik itu asli maupun bajakan- adalah atribut-atribut pemasarannya yang menurut banyak ahli disingkat dengan 4P atau Kotler (2000:431) menyebutnya sebagi atribut program pemasaran yang terdiri atas:
  Produk (Product)
  Harga (Price)
  Tempat (Place)
  Promosi (Promotion
Apabila konsumen dapat merasakan keberadaan atribut-atribut pemasaran tersebut maka selanjutnya akan mengalami proses pemilihan, pengorganisasian dan pemberian arti sehingga sehingga menjadi suatu gambaran yang berarti dan berkaitan dalam benak konsumen. Proses ini menurut Schiffman dan Kanuk (1997:146) disebut sebagai persepsi. Pada proses ini juga terjadi pembandingan antara kenyataan atribut yang dirasakan dengan harapan atau kriteria evaluasi yang dimiliki oleh konsumen.
Persepsi yang terbentuk terhadap suatu obyek tertentu tidak selalu sama antara satu konsumen dengan konsumen yang lain, hal ini menurut kotler (2000:185) disebabkan tiga proses persepsi yaitu perhatian selektif, distorsi selektif, dan ingatan selektif yang melibatkan kebutuhan, nilai dan harapan masing-masing individu konsumen. Sementara menurut Schiffman dan Kanuk (1997:146) persepsi seseorang turut dipengaruhi oleh kebutuhan, nilai-nilai dan harapannya.
Peranan penting persepsi terhadap pembentukan perilaku individu tercermin pada pernyataan Kottler (2000:185) yang mengungkapkan bahwa suatu tindakkan yang dilakukan seseorang (konsumen) yang sudah termotivasi dipengaruhi oleh bagaimana persepsinya terhadap suatu situasi.
Perilaku yang diperlihatkan oleh konsumen baik individu, kelompok maupun organisasi terhadap suatu produk baik barang, jasa, gagasan atau pengalaman meliputi keputusan-keputusan bagaimana memilih, membeli, memakai dan membuangnya dalam rangka memuaskan kebutuhan dan hasrat mereka. Diantara keputusan-keputusan tersebut yang merupakan proses pemecahan masalah yang sangat penting adalah keputusan pembalian. Kebanyakan konsumen berjalan melalui proses mental yang serupa dalam memutuskan produk yang akan dibeli. Menurut Kotler (2000:2004-206) untuk sampai kepada keputusan pembelian konsumen akan melewati lima tahap yaitu pengenalan masalah (problem recognition), pencarian informasi (information search), evaluasi alternatif (evaluation of alternatives), keputusan pembelian (purchase decision), dan perilaku pasca pembelian (post-purchase behavior).
 Studi perilaku konsumen terpusat pada cara individu mengambil keputusan untuk memanfaatkan sumber daya mereka yang tersedia (waktu, uang, usaha) guna membeli barang-barang yang berhubungan dengan konsumsi. Hal ini mencakup apa yang mereka beli, mengapa mereka membeli, kapan mereka membeli, di mana mereka membeli, seberapa sering mereka membeli, dan seberapa sering mereka menggunakannya.
            Menurut Schiffman dan Kanuk (2004:485), keputusan adalah suatu tindakan untuk memilih satu pilihan dari beberapa alternatif. Keputusan pembelian dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu sosial, budaya, pribadi, dan psikologis dari konsumen. Faktor psikologis akan mempengaruhi proses pengambilan keputusan konsumen, yaitu mengenai apa yang dibutuhkan atau diinginkan, perhatian terhadap berbagai pilihan produk, pencarian informasi, dan evaluasi mereka diantara berbagai alternatif yang tersedia.
                    Dari uraian diatas maka dapat dituangkan kedalam paradikma penilitian pada gambar berikut ini :

Model Kerangka Pemikiran
SITUMULUS
( Program pemasaran )
Marketing mix
 Produk ( Product )
Harga ( price )
Tempat ( place )
Promosi ( promotion )
Nilai-nilai (Values)
Kebutuhan (Needs)
Harapan (Expectation)




Produk Imitasi Jenis Fashion

Proses Keputusan
Pembelian Konsumen
Pengenalan Kebutuhan
Pencarian Informasi
Evaluasi Alternatif
Keputusan Pembelian
Perilaku Pasca-pembelian









Variabel yang diteliti adalah tulisan yang dicetak tebal

2.          Hipotesis
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis mengambil hipotesis:
“Bahwa penawaran produk imitasi memiliki pengaruh terhadap proses keputusan pembelian produk fashion pada konsumen pasar eceran Oesapa Kota Kupang

H.         JADWAL PENELITIAN
Yang menjadi objek penelitian ini adalah produk imitasi jenis fashion yang beredar di Pasar rakyat Oesapa kota kupang yeng bertepat pada Jln. CHR MOOY No.17A, Prop. NTT.
 Produk fashion yang dimaksud penulis disini adalah segala sesuatu yang dapat menunjang bagusnya penampilan seseorang seperti baju, calana, rok, jaket, dasi, topi, tas, sepatu & kaos kaki, jam tangan, dan aksesoris tubuh lainnya. Aspek yang diteliti adalah tingkat konsumsi konsumen terhadap produk imitasi jenis fashion. Selanjutnya akan diteliti adalah alasan, selera konsumen dan tingkat kepuasan konsumen terhadap produk imitasi jenis fashion. Tingkat kepuasan konsumen akan diteliti melalui responden, yaitu konsumen Pasar rakyat Oesapa Kota Kupang dimana sebagian besar Produk fashion yang beredar disana didominasi oleh produk-produk imitasi. Lokasi penelitian terbagi atas lokasi penelitian untuk mendapatkan  data primer dan data sekunder. Untuk data Primer didapat melalui penyebaran kuesioner kepada konsumen Pasar rakyat Oesapa Kota  Kupang. Untuk data sekunder penulis akan mendapatkannya melalui penelitian pustaka yang didapat dari situs website, buku-buku dan diktat perkuliahan.





Waktu yang diperkirakan akan digunakan dalam penelitian ini adalah:
Item penelitian/
Waktu pelaksanaan
Bulan
Juni
Juli
Agustus
Pengumpulan data

Penyusunan Proposal

Pengolahan Data

Penyelasaian laporan


I.          CURICULUM VITAE
J.          DAFTAR PUSTAKA
K.       LAMPIRAN


No comments:

Post a Comment