A. JUDUL PROPOSAL :
Pengaruh Penawaran
Produk Imitasi Jenis Fashion terhadap Proses Keputusan Pembelian Konsumen pada
Konsumen Pasar Eceran Oesapa kota kupang”
B. LATAR BELAKANG
Perilaku pembelian
konsumen memang merupakan suatu pembahasan yang unik dan menarik , sebab
bahasan ini akan menyangkut pada berbagai faktor di berbagai dimensi kehidupan
manusia yang berbeda-beda. Selama manusia tersebut melakukan kegiatan
perekonomian –pembelian- dalam kehidupan, maka selama itu kita akan selalu
mendapatkan fenomena-fenomena baru dalam pola perilaku pembeliannya.
Salah satu fenomena yang
cukup menarik perhatian penulis dan mungkin pula menarik perhatian banyak orang
yaitu fenomena peredaran produk-produk imitasi –barang palsu- sebagai sebuah
alternatif baru dalam pilihan konsumsi konsumen Indonesia. “Tiap orang di
Indonesia menggunakan produk imitasi, setidaknya sekali seumur hidup” itulah
sebuah satire yang mungkin pernah kita dengar. Kalau mau jujur berapa persen
dari seluruh produk yang kita miliki yang benar-benar orisinal? Sisanya, bisa
merupakan imitasi atau meniru sendiri. Hal seperti ini nampaknya nikmat dari
sisi konsumen, tapi merupakan musibah bagi pihak perusahaan. Terlebih lagi
apabila kita dihadapkan pada sebuah kenyataan bahwa International Intellectual
Property Alliance (IIPA), sebuah organisasi independen di AS, merekomendasikan
kepada Departemen Perdagangan AS dan World Intellectual Property Organization
untuk tetap memasukkan Indonesia dalam peringkat yang diawasi. Sejak tahun
2000, Amerika menganggap Indonesia kurang serius dalam pelindungan HAKI. Hal
itu tampak pada klaim pelanggarannya yang mencapai 668,2 juta dollar AS tahun
1997. Dari jumlah itu, pembajakan hak cipta mencapai 334,1 juta dollar AS,
program komputer 256,1 juta dollar AS, serta untuk pembajakan buku, film,
rekaman lagu, dan komposisi musik total sebesar 78 juta dollar AS (kompas/16
April 2002). Data tersebut, belum termasuk pembajakan terhadap karya-karya local
sampai saat ini.
Salah satu bukti kasar
yang dapat kita lihat di lapangan yaitu semakin meningkatnya konsumen maupun
produsen produk-produk imitasi di berbagai tempat. Terlepas dari legal maupun
tidak legalnya kegiatan perekonomian semacam ini, kita dapat saksikan dengan
jelas bahwa tempat-tempat yang menjual produk-produk imitasi tidak pernah sepi
dari kegiatan perekonomian, sekalipun itu pada hari libur. Bahasan ini semakin
menarik karena produk imitasi yang dahulunya dianggap hanya mengunggulkan harga
yang murah dengan mengabaikan kualitas dari produk yang ditawarkan, ternyata
saat ini tidak seluruhnya benar. Sebab dalam sebuah perbincangan, penulis
menemukan sebuah pendapat baru bahwa tidak semua barang imitasi kualitasnya
rendah, pada kenyataannya banyak barang imitasi sudah mulai menyamai kualitas
dari barang yang diimitasinya. Bahkan ada beberapa produsen produk imitasi yang
berani menyatakan bahwa produk yang ditawarkannya tidak kalah dengan produk
aslinya.
Hal ini semakin masuk
akal ketika ada sebuah argumen bahwa produk imitasi dapat menawarkan produknya
dengan kualitas hampir menyamai bahkan sama dengan produk aslinya dengan harga
yang jauh dibawah harga produk asli, disebabkan produsen produk imitasi dapat
memangkas banyak biaya yang seharusnya harus dikeluarkan oleh para produsen
produk asli. Sebagian produsen produk asli mematok harga yang mahal dikarenakan
mereka harus menutup berbagai biaya seperti biaya promosi, dimana sebagian
besar perusahaan dunia menganggarkan sepertiga dari anggaran tahunannya untuk
biaya ini-, biaya penelitian dan pengembangan produk, biaya penyaluran &
distribusi serta pajak yang persentasenya tidak sedikit. Selain itu, harga
mahal dapat juga disebabkan karena produk tersebut telah memiliki popularitas
dimata konsumen, sehingga beberapa konsumen cenderung “membeli merek” dan
mengesampingkan kualitas maupun harga.
Di bidang merek,
pelanggaran tidak hanya menyangkut merek-merek asing. Selain merek terkenal
asing, termasuk yang telah diproduksi di dalam negeri, merek-merek lokal juga
tak luput dari sasaran peniruan dan pemalsuan. Di antaranya, produk rokok, tas,
sandal dan sepatu, busana, parfum, arloji, alat tulis dan tinta printer, oli,
dan bahkan onderdil mobil. Dalam hubungannya dengan perekonomian, Pasar eceran
Oesapa Naikoten dan Oeba . Pasar eceran Oesapa Kota Kupang merupakan salah satu pasar yang dikunjungi
konsumen dalam jumlah yang relatif besar. Dari sebuah sumber pengunjung pasar
eceran Oesapa Kota Kupang tiap pekannya diperkirakan mencapai 1000 orang yang
berasal dari seluruh pelosok Kota Kuapang hingga Kabupaten Kupang, Kabupaten
TTS, Kab TTU dan kabupaten Belu, maupun Malaka Ini juga menjadi menarik untuk
diteliti oleh penulis, karena secara umum cukup meratanya pengunjung pasar
Oesapa baik itu dari asal domisilinya, tingkat pendapatannya, tingkat
pendidikannya, golongan usianya, dan jenis kelaminnya, diharapkan dapat
memberikan gambaran tentang pendapat penduduk Kota Ku mengenai peredaran produk
imitasi jenis fashion di kotanya atau minimal pendapat pengunjung pasar eceran
Oesapa itu sendiri.
Hal yang menarik lainnya
adalah hal apa yang membuat banyak orang yang mengunjungi pasar eceran Oesapa
Kota Kuapang tiap pekannya? Apakah karena faktor produk yang ditawarkan disana
memiliki variasi produk yang banyak? atau karena harga produk yang ditawarkan
disana relaitif dibawah harga normal yang berlaku?
Namun terlepas dari itu
semua, pasar eceran Oesapa kota Kupang telah memberikan kontribusi besar dalam
perekonomian setiap pekannya. Baik itu kontribusi bagi pedagangnya sebagai
tempat mencari nafkah, kontribusi yang berasal dari biaya retribusi yang masuk
ke kas Pemda, atau kontribusi bagi konsumen yang mendapat penawaran produk
dengan harga yang relatif terjangkau. Di lain sisi lain banyak meresahkan
pihak-pihak yang merasa terancam dengan keberadaan pasar jenis ini. Banyak hal
yang harus diamati mengenai tempat ini sebab bukan hanya efek negatif saja yang
ditimbulkan, namun ternyata efek positif bagi beberapa pihak juga dapat
dirasakan dengan jelas.
Kembali ke masalah
perilaku pembelian konsumen, untuk memahami pola perilaku pembelian konsumen
yang unik ini, maka kita akan membahasnya melalui sudut pandang atribut-atribut
program pemasaran sebuah produk (marketing mix). Atribut-atribut program
pemasaran sebuah produk tersebut dapat menjadi sebuah obyek yang menarik dan
mengundang perhatian, terutama bagi pengunjung pasar eceran Oesapa kota Kupang
dan penduduk Propinsi NTT pada umumnya. Selanjutnya, atribut tadi menjadi
stimulus (rangsangan) yang akan diinterpretasikan hingga menjadi gambaran yang
berarti dan saling berkaitan atau persepsi, berdasarkan kriteria evaluasi yang
ada di benak mereka. Setiap individu memiliki kriteria evaluasi yang berbeda
antara satu dengan yang lainnya sehingga persepsi yang muncul pun akan
berbeda-beda. Sementara itu suatu obyek akan dapat dinilai dari berbagai segi
berdasarkan jumlah atribut yang melekat padanya. Kumpulan persepsi seseorang
terhadap suatu obyek membentuk suatu citra tertentu atas obyek yang
bersangkutan, maka dalam penelitian ini bila obyeknya adalah suatu produk
imitasi jenis fashion maka citra yang terbentuk itu disebut citra produk
imitasi jenis fashion.
Konsumen sebagai
individu perilakunya turut dibentuk oleh faktor psikologis yang terdiri dari
motivasi, persepsi, pengetahuan, keyakinan dan pendirian. Dengan demikian,
perilaku pembelian yang diperagakan konsumen terhadap suatu produk imitasi
jenis fashion juga dapat turut dibentuk oleh sekumpulan persepsi mereka
terhadap atribut produk imitasi jenis fashion yang mereka rasakan.
Berdasarkan uraian
tersebut, penulis tertarik untuk meneliti bagaimana pengaruh penawaran produk
imitasi jenis fashion terhadap keputusan pembelian konsumen di pasar eceran
oesapa kota kupang dengan judul “Pengaruh
Penawaran Produk Imitasi Jenis Fashion terhadap Proses Keputusan Pembelian
Konsumen pada Konsumen Pasar Eceran Oesapa
kota kupang”
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang yang telah disampaikan pada halaman sebelumnya maka Penulis mengambil
rumusan masalah sebagai acuan dalam penelitian ini :
Bagaimana pengaruh
penawaran produk jenis fashion terhadap proses keputusan pembelian konsumen
pada pasar enceran di Oesapa kota Kupang.
D. Tujuam dan Manfaat Penilitian
1. Tujuan Penilitian
a.
Bagaimana pengetahuan konsumen yaitu konsumen
pasar eceran Oesapa Kota kupang Propinsi NTT mengenai maraknya penawaran
produk-produk imitasi jenis fashion di pasar eceran Oesapa Kota Kupang.
b.
Bagaimana tanggapan konsumen yaitu konsumen
pasar eceran Kota kupang mengenai maraknya penawaran produk-produk
imitasi jenis fashion di pasar eceran di Oesapa.
c.
Seberapa besar pengaruh penawaran produk-produk
imitasi tersebut terhadap proses keputusan pembelian produk fashion pada
konsumen pasar eceran di Oesapa Kota Kupang
propinsi NTT.
2. Manfaat penilitian
a.
Bagi Pemerintah, hasil penilitan ini diharapkan
sebagai salah satu pertimbagan dalam pengelolaan marketing mix dengan benar.
b.
Bagi penulis sebagai bahan perbandingan sampai
sejauh mana teori-teori yang sudah diperoleh selama masa perkuliahan
dapat diterapkan secara nyata.
c.
Bagi Pihak lain, sebagai bahan bacaan dan pendorong dilaksanakan penelitian lebih
lanjut.
E. TINJAUAN PUSTAKA
1.
Usaha Enceran
Berbagai alasan teknis
dan ekonomis menyebabkan tidak semua produsen mau dan mampu berhubungan
langsung dengan konsumen akhir produk yang dibuatnya. Sehingga mereka
membutuhkan adanya jalur distribusi yang menghubungkan antara produsen dan
konsumen akhir. Konsumen pun dengan alasannya sendiri juga tidak selalu merasa
perlu untuk membeli langsung dari produsen. Dengan demikian, baik produsen
maupun konsumen memang membutuhkan penghubung yang memberi kemudahan dan
manfaat bagi semua pihak. Dalam dunia bisnis, peran penghubung itu dijalankan
oleh usaha eceran.
2. Pengertian Usaha Enceran Dan Pengencer
Kondisi pasar yang
dinamis membuat pengecer harus terus memperhatikan strategi pemasarannya
agardapat terus menarik banyak konsumen. Dalam kaitan ini para pemasar akan
membuat bermacam-macam keputusan, menurut Kotler (2000:596) keputusan tersebut
adalah:
a.
Keputusan pasar Sasaran
Merupakan keputusan
paling penting bagi seorang pengecer. Sebelum pasar sasaran didefinisikan dan
diketahui profilnya, pengecer tidak dapat membuat keputusan yang konsisten
mengenai ragam produk, pola pelayanan, pesan, promosi maupun harga yang pantas,
dan lain-lain. Berdasarkan pasar sasaran ini pengecer akan mencipt akan strategi yang
sesuai.
b.
Keputusan ragam produk dan perolehan
Ragam produk (pruduct
assortment) pengecer harus sesuai dengan harapan belanja pasar sasarannya.
Pengecer harus memutuskan keluasan (sempit dan lebar) dan kedalaman (dangkal
dan dalam) ragam produk. Dimensi ragam produk lainnya adalah kualitas barang.
Pelanggan tertarik dengan kualitas produk seperti halnya dengan rentang produk.
c.
Keputusan pelayanan dan suasana
Bauran pelayanan (sevice
mix) merupakan salah satu alat utama untuk mendiferensiasikan suatu eceran
dengan eceran lainnya. Alat lainnya adalah suasana/lingkungan (atmosphere).
Suatu eceran harus membentuk suatu suasana terencana yang sesuai dengan pasar
sasarannya dan dapat menarik konsumen untuk membeli.
d.
Keputusan harga
Harga pengecer merupakan
faktor utama penentuan posisi dan haru diputuskan sesuai dengan pasar
sasarannya, bauran ragam produk dan pelayanan, serta persaingan. Semua pengecer
menginginkan margin yang tinggi dan mencapai volume penjualan yang besar, tapi
biasanya kedua hal tersebut tidak dapat berjalan bersamaan. Pengecer umumnya
digolongkan menjadi kelompok margin tinggi dengan volume kecil atau kelompok margin
rendah dengan volume besar.
e.
Keputusan promosi
Pengecer menggunakan
berbagai macam alat promosi untuk menarik pengunjung dan menciptakan pembelian
serta memperkuat penentuan posisi citranya. Bentuk promosi yang dilakukan dapat
berupa advertising, obral khusus, kupon potongan harga dan
lain-lain.
f.
Keputusan tempat
Para pengecer biasa
mengungkapkan tiga kunci keberhasilan adalah “lokasi, lokasi, lokasi”. Hak ini
menunjukkan bahwa keputusan lokasi merupakan keputusan sangat penting yang
harus dibuat secara cermat. Pengecer memiliki pilihan untuk menempatkan
usahanya di daerah pusat bisnis, pusat perbelanjaan regional, pusat
perbelanjaan lingkungan, jalur perbelanjaan, atau pada suatu lokasi di dalam
toko yang lebih besar.
3. Produk
Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke
suatu pasar untuk memenihi keinginan dan kebutuhan. Produk-produk yang
dipasarkan meliputi barang fisik, jasa, pengalaman, peristiwa, orang, tempat,
properti, organisasi dan gagasan.
4. Hierarki Produk
Tiap produk berkaitan dengan
produk-produk lain tertentu. Hierarki produk terentang mulai dari kebutuhan
dasar sampai produk-produk khusus yang memuaskan kebutuhan khusus. Kita dapat
mengidentifikasi tujuh level hierarki produk (Kotler 2000:450) sebagai berikut:
a.
Rumpun Kebutuhan (need family):Kebutuhan inti yang
mendasari keberadaan suatu kelompok produk.
b.
Rumpun Produk (product family): Semua kelas produk
yang dapat memenuhi suatu kebutuhan inti dengan efektivitas yang memadai.
c.
Kelas Produk (product class): Sekelompok produk dalam
rumpun produk yang diakui mempunyai persamaan fungsional.
d.
Lini Produk (product line): Sekelompok produk
dalam suatu kelas produk yang berkaitan erat karena produk-produk itu
melaksanakan fungsi yang serupa, dijual pada kelompok pelanggan yang sama, dipasarkan
melalui saluran distribusi y ang sama, atau berada
dalam rentang harga tertentu.
e.
Jenis Produk (product type): Sekelompok produk
dalam lini produk yang sama-sama memiliki sejumlah kemungkinan bentuk produk.
f.
Merek (brand): Nama, yang
diasosiasikan dengan satu atau beberapa produk dalam lini produk, yang
digunakan untuk mengidentifikasi sumber atau karakter produk
tersebut.
g.
Unit Produk (item, stockkeeping
unit, atau product variant) : Satu unit tersendiri
dalam suatu merek atau lini produk yang dapat dibedakan menurut ukuran, harga,
penampilan, atau atribut lain.
5. Klasifikasi Produk
Kotler (2000:451) menyatakan bahwa, Pemasar biasanya
mengklasifikasikan produk berdasarkan karakteristik produk: daya tahan,
keberwujudan, dan penggunaan (konsumen atau industri). Tiap jenis produk
memiliki strategi bauran pemasaran yang sesuai.
6. Daya Tahan dan
Keberwujudan
Produk dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok menurut daya
tahan dan wujudnya sebagai berikut:
a.
Barang yang tidak tahan lama (nondurable
goods): adalah barang berwujud yang biasanya dikonsumsi dalam satu atau
beberapa kali penggunaan.
b.
Barang tahan lama (durable goods):
adalah barang berwujud yang biasanya dapat digunakan berkali-kali.
c.
Jasa (services):
Jasa bersifat tidak berwujud, tidak dapat dipisahkan, dan mudah habis.
Akibatnya, jasa biasanya memerlukan lebih banyak pengendalian mutu,
kredibilitas pemasok, dan kemampuan penyesuaian.
7.
Klasifikasi Barang Konsumen
Banyaknya jenis barang yang dibeli konsumen dapat diklasifikasikan
berdasarkan kebiasaan berbelanja konsumen. Kita dapat membedakan antara barang
kenyamanan (convinience), belanjaan (shopping), khusus (speciality),
dan barang yang dalam kondisi normal tidak dicari (unsought).
a.
Barang convenience adalah
barang-barang yang biasanya sering dibeli konsumen, segera, dan dengan usaha
yang minimum.
b.
Barang shopping adalah
barang-barang yang karakteristiknya dibandingkan berdasarkan kesesuain,
kualitas, harga, dan gaya dalam proses pemilihan dan pembelian.
c.
Barang khusus (speciality goods) adalah
barang-barang dengan karakteristik unik dan/atau identifikasi merek dimana
untuk memperoleh barang-barang itu sekelompok pembeli yang cukup besar bersedia
melakukan usaha khusus untuk membelinya.
d.
Barang unsought adalah
barang-barang yang tidak diketahui konsumen atau diketahui namun secara normal
konsumen tidak berpikir untuk membelinya
.
8.
Perilaku Konsumen
Semakin meningkatnya
persaingan bisnis mendorong pengusaha eceran untuk lebih berorientasi kepada
konsumen atau pelanggan. Untuk mendukung upaya tersebut diperlukan pengetahuan
mengenai konsumen terutama mengenai perilakunya. Loudon dan Della Bitta
(1993:5) memberi definisi perilaku konsumen sebagai berikut:“…the
decision process and phyisical activity individuals engage in when evaluating,
acquiring, using, or disposing of goods and services” Sedangkan Schiffman dan
Kanuk (2004:6) sebagai berikut:
“The behavior that
consumers display in searching for, purchasing, using, evaluating, and
disposing of products, services, and ideas which they expect will satisfy their
needs”.
Dengan kata lain
perilaku konsumen meliputi altivitas bagaimana individu, kelompok, dan
organisasi memilih, membeli, memakai dan membuang barang, jasa, gagasan atau
pengalaman dalam rangka memuaskan kebutuhan dan hasrat mereka.
Memehami perilaku
konsumen dan mengenal pelanggan bukanlah hal yang sederhana. Pelanggan mungkin
menyatakan kebutuhan dan keinginan mereka namun dapat bertindak sebaliknya.
Mereka mungkin menanggapi pengaruh yang merubah pikiran pikiran mereka pada
menit-menit terakhir. Karenanya pemasar harus mempelajari keinginan, persepsi,
preferensi serta perilaku belanja dan pembelian pelanggan
sasaran mereka.
9. Faktor yang Mempengaruhi
Perilaku Pembelian Konsumen
Perilaku pembalian
konsumen dipengaruhi oleh banyak faktor. Kotler (2000:183) menyatakan bahwa
perilaku pembalian konsumen dipengaruhi oleh faktor budaya, sosial, kepribadian
dan kejiwaan.
a. Faktor Budaya
-
Budaya.
Budaya adalah penentu
keinginan dan perilaku yang paling mendasar. Budaya menurut Schiffman dan Kanuk
(2004:406) adalah“sum total of learned beliefs, values, and customes that
serve to direct consumer behavior of members of a particular society” atau
budaya merupakan sekumpulan keyakinan yang dipelajari, nilai-nilai dan
kebiasaan yang mengarahkan perilaku konsumen dari anggota suatu masyarakat
tertentu.
-
Sub-budaya.
Sub-budaya terdiri daru
bangsa, agama, kalompok ras dan wilayah geografis. Banyak sub-budaya yang
membentuk segmen pasar penting dan pemasar sering merancang produk dan program
pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka.
-
Kelas Sosial.
Pada dasarnya semua
masyarakat memiliki strata sosial. Menurut Engel, Blackwell dan Miniard
(1994:69) mengacu pada pengelompokkan orang yang sama dalam perilaku mereka
berdasarkan posisi mereka di dalam pasar. Determinan dari apa yang dapat dibeli
oleh konsumen ditentukan oleh kelas sosial yaitu pendapatan dan kekayaan
konsumen bersangkutan.
b. Faktor Sosial
-
Kelompok Acuan
Kelompok Acuan terdiri
dari semua kelompok yang memiliki pengaruh langsung atau tidak langsung kepada
sikap dan perilaku seseorang. Kelompok yang memiliki pengaruh langsung terhadap
seseorang disebut membership group. Seseorang menjadi anggota
dari dua membership group yaitu pertama, primary group seperti
keluarga, teman, tetangga, teman kerja yang secara informal dan
berkesinambungan berinterkasi dengan seseorang, yang kedua adalahsecondary
groups yaitu agama, profesi atau kelompok dagang yang cenderung
berinteraksi secara formal dan kurang berkesinambungan.
-
Keluarga
Keluarga adalah
organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat. Anggota
keluarga merupakan kelompok acuan primer yang paling berpengaruh.
-
Peran dan Status
Peran dan status muncul
sebagai konsekuensi dari keterlibatan individu dalam berbagai kelompok. Peran
terdiri dari kativitas-aktivitas yang diharapkan ditampilkan atau dilakukan
dari seseorang. Tiap peran menyebabkan timbulnya status. Manusia memilih produk
yang dapat menunjukkan peran dan statusnya di masyarakat.
c. Faktor Pribadi
-
Usia dan tahap
siklus hidup Orang membeli barang dan jasa yang berbeda
sepanjang hidupnya. Usia seseorang membentuk kebutuhan dan selera tertentu
terhadap suatu produk.
-
Pekerjaan
Pola konsumsi seseorang
dipengaruhi oleh jenis pekerjaan yang dijalaninya. Kebutuhan orang yang bekerja
sebagai top managerberbeda dengan pekerja kasar yang berlokasi di
lapangan.
-
Keadaan ekonomi
Keadaan ekonomi
mempengaruhi pilihan produk seseorang. Keadaan ekonomi terdiri dari penghasilan
yang dapat dibelanjakan, tabungan dan aktiva, utang, kemampuan untuk meminjam
dan sikap terhadap belanja atau menabung.
-
Gaya hidup.
Gaya hidup adalah pola
hidupseseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat dan opininya.
Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang berinterkasi dengan
lingkungannya.
-
Kepribadian dan Konsep
diri .
-
Kepribadian dan konsep diri merupakan
karakteristik psikologis yang berbeda dari seseorang yang menyebabkan tanggapan
yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungannya. Kepribadian
biasanya dijelaskan dengan menggunakan ciri-ciri seperti kepercayaan diri,
dominasi, otonomi, ketaatan, kemampuan bersosialisasi, daya tahan dan kemampuan
beradaptasi. Yang berkaitan dengan kepribadian adalah konsep diri atau citra
pribadi yang merupakan cara pandang seseorang menurut dirinya sendiri,
bagaimana ia ingin dipandang orang lain dan bagaimana ia menganggap orang lain
memandang dirinya.
d. Faktor Kajiwaan
-
Motivasi
Seseorang memiliki banyak kebutuhan pada waktu
tertentu. Beberapa kebutuhan bersifat biogenis yaitu muncul dari tekanan
biologis seperti rasa lapar, haus dan tidak nyaman. Kebutuhan lain bersifat
psikogenis yaitu muncul dari tekanan psikologis seperti kebutuhan akan
pengakuan, penghargaan atau rasa untuk memiliki. Suatu kebutuhan akan menjadi
motivasi jika ia didorong sampai mencapai tingkat identitas yang memadai.
-
Persepsi
Seseorang yang termotivasi menjadi siap untuk
bertindak dengan dipengaruhi oleh persepsinya terhadap situasi tertentu.
Persepsi merupakan proses bagaimana seseorang indibvidu memilih,
mengorganisasikan dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk
menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti. Orang bisa memiliki persepsi
yang berbeda atas obyek yang sama karena tiga proses persepsi yaitu perhatian
selektif, distorsi selektif dan ingatan selektif.
-
Pengetahuan. Pembelajaran
meliputi perubahan dalam perilaku seseorang yang
timbul dari pengalaman. Para ahli yakin bahwa pembelajaran dihasilkan melalui
perpaduan dari dorongan, rangsangan, petunjuk, tanggapan dan penguatan.
-
Keyakinan dan
Kepribadian.
Melalui bertindak dan belajar orang mendapatkan
keyakinan dan sikap. Hal ini kemudian mempengaruhi perilku pembelian mereka.
Keyakinan adalah pemikiran deskriptif yang dianut seseorang tentang suatu hal. Sedangkan
sikap adalah evaluasi, perasaan emosional dan kecenderungan tindakan yang
menguntungkan dan bertahan lama dari seseorang terhadap beberapa obyek atau
gagasan. Sikap mengarahkan orang berperilaku secara cukup konsisten terhadap
obyek yang serupa.
F. METODE PENILITIAN
1. Metode
penilitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif yaitu suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu
obyek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun kelas peristiwa pada
masa sekarang. Tujuannya adalah membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara
sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antar
fenomena yang diselidiki (Nazir, 1985:63). Terdapat beberapa metode dalam
metode deskriptif, dalam penelitian ini yang digunakan adalah metode survey
yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengambil sampel dari suatu populasi dan
menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok (Singarimbun,
1995:3). Sedangkan sifat penelitian ini adalah verifikatif yaitu penelitian
yang bertujuan untuk menguju kebenaran suatu hipotesis.
2. Operasionalisasi
Variabel
Yang akan diteliti
adalah penawaran produk imitasi jenis fashion pada konsumen pasar rakyat Oesapa
sebagai
variabel bebas atau independen (Variabel X) dan proses keputusan pembelian
konsumen sebagai variabel tidak bebas atau dependen (Variabel Y). Adapun secara
lebih rinci operasionalisasi variabel dapat dilihat pada tablel
VARIABEL
|
SUB VARIABEL
|
KONSEP
|
INDIKATOR
|
UKURAN
|
SKALA
|
Penawaran produk imitasi jenis Fashion ( Variabel x )
|
|
Segala informasi yang
dimiliki konsumen mengenai berbagai macam produk imitasi terutama dari jenis fashion, serta
yang berhubungan dengan fungsinya sebagai konsumen
|
|
|
|
Produk
( product )
(x1)
|
Seorang konsumen seringkali akan
melihat suatu produk yang ditawarkan berdasarkan kepada ciri-ciri atau
atribut pemasaran yang melekat pada produk yang ditawarkan tersebut.
|
Produk yang beragam dan
lengkap
|
Tingkat
pengatahuan mengaenai produck
|
Ordinal
|
|
Kualitas produk yang
hampir menyamai produk aslinnya
|
Ordinal
|
||||
Produk
yang selalu up to date/mengeikuti perkembangan jaman
|
Ordinal
|
||||
Harga
(
Price )
( x 2 )
|
|
|
|
|
|
Harga
produk yang terjangkau
|
Tingkat
Pengatahuan Mengenai Harga
|
Ordinal
|
|||
Harga
produk yang sesuai dengan kualitasnya
|
Ordinal
|
||||
Harga
produk yang bisa ditawarkan
|
Ordinal
|
||||
Harga
produk yang berfariasi
|
Ordinal
|
||||
|
Tempat
( place )
|
|
Tempat penjualan yang
strategis dan mudah dijangkau
|
Tingkat pengetahuan
mengenai tempat
|
Ordinal
|
Situasi
lingkungan yang nyaman
|
Ordinal
|
||||
Adanya fasilitas
penunjang seperti sarana olah raga
|
Ordinal
|
||||
Promosi
(promotion)
(x4)
|
Pemberian bonus atau
hadiah
|
Tingkat pengetahuan
mengenai
|
Ordinal
|
||
|
|
|
terhadap transaksi
tertentu
|
promosi
|
|
Proses Keputusan Pembelian Konsumen
(Var Y)
|
|
Memilih satu aktivitas
pembelian dari dua atau lebih pilihan
|
|
|
|
Need recognition
(Pengenalan masalah
|
Kesadaran akan adanya perbadaan antara keadaan sebenarnya dengan
keadaan yang diinginkan
|
Bagaimana pengetahuan
konsumen mempengaruhi kebutuhan akan pembelian produk fashion imitasi
|
Tingkat kebutuhan
Konsumen
|
Ordinal
|
|
Information search
(Pencarian informasi)
|
Upaya konsumen untuk
memperoleh informasi
|
Pencarian informasi
untuk pemecahan masalah
|
Tingkat keinginan
konsumen
|
Ordinal
|
|
Evaluation of alternative
(Penilaian alternatif)
|
Penilaian yang
dilakukan konsumen diantara beberapa alternatif pilihan yang tersedia
|
Pencarian alternatif
produk
|
Tingkat motivasi
mencari alternative
|
Ordinal
|
|
Kemudahan dalam
memilih produk yang diinginkan
|
Mencari
kemudahan
|
|
|||
Kesesuian harga dengan
tingkat penghasilan
|
Tingkat kesesuaian
harga
|
|
|||
Kemudahan dalam
mengakses tempat
|
Tingkat kemudahan
|
|
|||
Purchase behavior
(Keputusan pembelian)
|
Keputusan yang
menyebabkan konsumen memilih satu pulihan diantara berbagai penawaran
|
Keputusan
pembelian
|
Tingkat kesepakatan
konsumen
|
|
|
Frekuensi
pembelian
|
Tingkat frekuensi
pembelian
|
|
|||
Rencana pembelian
|
Tingkat
frekuensi
perencanaan pembelian konsumen
|
|
|||
Post purchase behavior
(Perilaku setelah pembelian)
|
Perilaku yang diperlihatkan konsumen setelah melakukan pembelian
|
Sikap kon umen setelah melakukan pembelian
|
Tingkatsikap konsumen
setelah melakukan pembelian
|
|
|
|
Pembelian kembali (repurchasing
|
Tingkatrepurchasing
|
|
3. Sumber dan Cara
Penentuan Data
a.
Jenis dan Sumber Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini dapat digolongkan dalam
dua kelompok, yaitu:
1)
Data primer, yaitu data yang diperoleh dari
hasil wawancara langsung dan hasil kuesioner yang disebarkan kepada responden.
2)
Data sekunder, yaitu data yang telah ada dan
tersusun secara sistematis serta merupakan hasil penelitian atau rangkuman dari
dokumen-dokumen perusahaan serta literatur lain seperti buku, majalah, surat
kabar, makalah dan situs web.
4. Metode Penarikan Sampel
Pengambilan sampel
dilakukan dengan metode pengambilan sampel proporsional (purposive sampling).
Dalam penelitian ini, purposive akan diarahkan agar lebih
proporsional dan dalam mengambil sampel akan diambil berdasarkan proporsi jenis
kelamin yakni proporsi antara pria dan wanita serta tingkat usia responden
yakni proporsi dalam 6 golongan usia yang akan digambarkan pada kuesioner nantinya.
Rumus yang digunakan adalah rumus
|

Dengan
:
n = Jumlah
Sampel
N = Jumlah
Populasi
α = Tingkat
Keyakinan
Besarnya populasi (N) diambil dari frekuensi
kunjungan atau transaksi rata-rata tiap pekan. Menurut data yang diperoleh,
frekuensi kunjungan atau transaksi rata-rata tiap pecan adalah 10.000 kunjungan
atau transaksi, Sehingga jumlah sampel dapat ditentukan sebagai berikut:
n = 10.000
(10.000)(0,12) + 1
n = 99 ~100
orang responden
Dengan demikian jumlah sampel yang dibutuhkan
adalah 100 orang
5. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data
mengenai obyek penelitian, maka digunakan metode pengumpulan data sebagai
berikut:
1)
Penelitian lapangan (Field Research) yang
terdiri dari:
a. Teknik wawancara (interview),
yaitu dengan melakukan tanya jawab atau wawancara langsung kepada konsumen
produk yaitu konsumen Pasar eceran Oesapa kota kupang yang menjadi obyek
penelitian. Teknik ini dilaksanakan dalam jumlah sampel terbatas dan akan
dijadikan salah satu rujukan dalam penyusunan kuesioner ataupun hasil akhir
b. Kuesioner, yaitu teknik
pengumpulan data primer yang dilakukan melalui penyebaran kuesioner kepada
sejumlah sampel responden yang dianggap dapat mewakili seluruh populasi yang
akan diteliti berdasarkan metode statistik tertentu yang akan dilaksanakan pada
konsumen pasar eceran Oesapa Kota kupang di tempat tersebut dan
pada hari minggu tiap pekannya selama (3) tiga pekan berturut-turut.
c. Teknik Observasi, yaitu
dengan melakukan pengamatan langsung terhadap kegiatan perdagangan di pasar
eceran Oesapa
Kota kupang yang juga akan digunakan
sebagai sumber penyusunan kuesioner.
2)
Penelitian kepustakaan (library research)
Penelitian ini dilakukan dengan mengadakan
kegiatan pengumpulan bahan-bahan melalui buku-buku bacaan, catatan kuliah,
literatur lainnya yang berhubungan dengan topik penulisan ini. Tujuan
penelitian kepustakaan ini adalah untuk memperoleh data teoritis untuk
membangun landasan teori yang kuat untuk mendukung penelitian ini.
6. Rancangan Analisis dan
Uji Hipotesis
1) Skala Pengukuran
Data
yang dihasilkan dari penyebaran kuesioner ini berskala ordinal mengingat
kuesioner yang disebarkan menggunkan skala Likert dengan kisaran 1-5.
Penggunaan skala ordinal tidak memungkinkan untuk memperoleh nilai mutlak
(absolut) dari objek yang diteliti.
2) Uji Validitas
Uji
Validitas digunakan untuk menguji ketetapan setiap item dalam mengukur instrumennya,
teknik uji yang digunakan adalah teknik korelasi item total melalui Koefisien
Korelasi Pearson. Skor setiap item pertanyaan yang diuji kevalidannya
dikorelasikan dengan skor total seluruh item (Sugiyono, 2000:106). Jika
koefisienan korelasi Pearson positif dan signifikan maka item valid, jika
nonsignifikan, nol, atau negatif maka item tidak valid (Singrimbun, 1995:139).
Item yang tidak valid disisihkan dari kuesioner dan digantikan dengan item
perbaikan.
|
Rumus
Koefisien Korelasi Product Moment Pearson:
Keterangan:
rs = Koefisien Korelasi
n = Jumlah responden
Y = Jumlah skor total seluruh item
X = Jumlah skor tiap item
3) Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas dilakukan untuk menguji kehandalan atau
konsistensi instrumen. Item-item yang dilibatkan dalam uji reliabilitas ini
adalah seluruh item yang valid atau setelah setelah item yang tidak valid
disisihkan. Taknik uji yang digunakan adalah Teknik Belah Dua (Split Half)
melalui Koefisien Reliabilitas Spearman-Brown (Singarimbun, 1998). Skor item
valid berurutan ganjil (dijumlahkan sehingga diperoleh belahan ganjil).
Sementara skor item-item valid berurutan genap juga dijumlahkan sehingga
diperoleh skor total belahan genap. Selanjutnya, skor total belahan ganjil dan
belahan genap dikorelasikan melalui Koefisien Korelasi Pearson. Nilai Koefisien
Korelasi yang diperoleh kemudian digunakan untuk mengukur reliabilitas
instrumen dengan menstransformasikannya ke dalam rumus Kefisien Reabilitas
Spearman-Brown sebagai berikut:
|

Keterangan :
1 + rb rb =
Koefisien Korelasi Pearson antara skor total belahan ganjil dengan genap
Jika Koefisien Reliabilitas Spearman-Brown positif dan signifikan
maka instrumen reliabel, jika nonsignifikan, nol, atau negatif maka instrumen
tidak reliabel (Singarimbun, 1995:139). Item yang tidak valid disisihkan dari
kuesioner atau digantikan dengan item perbaikan.
Signifikansi Koefisien Korelasi Pearson untuk uji validitas maupun
Koefisien Korelasi Spearman-Brown untuk uji reliabilitas diuji melalui
statistik t. Hubungan antara nilai r dengan statistik t dirumuskan sebagai
berikut:
|
(Sugiyono, 2005:215)
Uji Signifikansi mengikuti sebaran t- studen dengan derajat bebas
db= n-2 dan dengan taraf kesalahan dua sisi α = 0,10 Penentuan signifikansinya
dilihat melalui peluang kesalahan ( = value) atau tabel-r yang
sesuai denga sebaran t- studen. Untuk jumlah data n =…., maka nilai r tabel =
…..yang bersesuaian dengan r tabel = ….. Jika
–value < atau r hitung > tabel maka
Koefisien Korelasi Pearson atau Koefisien Korelasi Spearman-Brown signifikan
dan sebaliknya.
4) Metode Analisis&Uji
Hipotesis
Untuk menjawab masalah dan mengungkap tujuan
penelitian, pertama digunakan metode analisis dekriptif berdasarkan kuesioner
dan wawancara. Pelaksanaan meliputi pengumpulan data, penyusunan data, dan interpretasi
tentang arti data tersebut.
Metode
analisis yang digunakan untuk menjawab masalah dan mengungkap tujuan
penelitian kedua yaitu pengaruh peredaran produk bajakan jenis fashion terhadap
keputusan konsumen adalah metode kualitatif dan kuantitatif dimana:
Metode kualitatif, mengemukakan data-data yang
didapat dengan mengelompokkan, mentabulasi, dan memberikan penjelasan.
Metode kuantitatif, dilakukan dengan menggunakan
alat bantu statistik. Metode statistik yang digunakan untuk menganalisis
hubungan variabel yang diteliti adalah sebagai berikut:
a)
Metode Succesive Interval (MSI)
Langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mengolah data yang diperoleh dari
kuesioner yang telah diisi oleh para responden dengan mengubah dari skala
ordinal menjadi skala interval adalah sebagai berikut:
-
mengolah setiap jawaban dari kuesioner yang
telah disebar, kemudian menghitung frekuensi dan persentasinya.
-
Memberikan pembobotan untuk setiap jawaban
berskala ordinal.
-
Pertanyaan positif atau mendukung penelitian
akan diberi skor 5-4-3-2-1 dan pertanyaan negative atau pertanyaan yang tidak
mendukung penelitian diberi skor 1-2-3-4-5 (menggunakan skala Likert).
Karena data yang diperoleh melalui kuesioner
berskala pengukuran ordinal, maka skala ukuran tersebut harus diubah terlabih
dahulu menjadi skala interval dengan menggunakan Method of Successive
Interval (MSI). Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a.
Perhatikan setiap butir pertanyaan.
b.
Untuk setiap butir
tersebut, tentukan berapa orang yang mendapat skor 1,2,3,4 dan 5 yang disebut
frekuensi.
c.
Untuk setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya
responden dan hasilnya disebut proporsi.
d.
Tentukan proporsi kumulatif dengan menjumlahkan
proporsi tadi secara berurutan.
e.
Dengan menggunakan tabel distribusi normal, tentukan
nilai Z untuk masing-masing proporsi kumulatif.
f.
Tentukan nilai densitas untuk nilai Z yang
diperoleh dengan menggunakan tabel densitas.
g.
Tentukan nilai skala dengan
menggunakan rumus:
SV = Density of Lower Limit – Density
of Upper Limit
Area Under Upper Limit – Area Under Lower Limit
h.
Tentukan nilai transformasi skala dengan
menggunakan rumus:
|
b)
Analisis Korelasi Linier Sederhana
Digunakan untuk mengetahui derajat korelasi antara variabel bebas
dengan variabel terikat yang akan diuji dengan menggunakan SPSS (Statistic
Pruduct and Service Solution) versi 12.0 for Windows.
Koefisien Korelasi terletak antara -1 dan 1,
dimana:
rxy = 1, artinya hubungan Linier Positif Sempurna
antara X dan Y. Jika Nilai X bertambah besar, maka nilai Y juga bertambah besar
dan demikian pula sebaliknya.
rxy = -1, artinya hubungan Linier Negatif Sempurna
antara X dan Y. Jika Nilai X bertambah besar, maka nilai Y bertambah kecil dan
demikian pula sebaliknya.
rxy = 0, artinya tidak ada hubungan
Linier antara X dan Y.
Untuk
mencari Koefisien Korelasi yang mengukur besarnya kontribusi X terhadap Y
adalah menggunakan Product Moment Method Correlation Analysis:
|
Data
yang digunakan untuk menguji konseptual yang dikemukakan dalam suatu penelitian
merupakan data yang berasal dari suatu sampel yang berukuran n, maka harus
diuji keberartian koefisien korelasi dengan menggunakan uji statistik t sebagai
berikut:
|
Pada akhirnya, nilai t hitung yang
didapat dibandingkan dengan t tabeldengan df =
n-2, pada taraf kesalahan α = 0,10 dua sisi dan kriteria penolakannya adalah:
Tolak Ho dan Hi diterima apabila t hitung >
t tabel atau t hitung < t tabel maka
Ho diterima dan Hi ditolak.
Ho : Penawaran Produk imitasi jenis fashion tidak berpengaruh
terhadap proses keputusan pembelian konsumen pada konsumen pasar eceran Oesapa
Kota Kupang
Hi : Penawaran Produk imitasi
jenis fashion berpengaruh terhadap proses keputusan pembelian konsumen pada
konsumen pasar eceran Oesapa Kota Kupang
G.
KERANGKA
PERPIKIR DAN HIPOTESIS
1.
Keragka Berpikir
Menurut Kotler (2000) nonstore retailing berusaha
agar konsumen sebagai pihak pembeli tertarik untuk membeli barang-barang yang mereka butuhkan walaupun mereka tidak harus
membelinya di sebuah toko tertentu. Dengan demikian tugas pengecer non toko-lah
untuk menjadikan penawaran produknya semenarik mungkin sehingga banyak mendapat
perhatian, kunjungan serta pembelian dari konsumen. Untuk mencapai hal tersebut
pengecer perlu memahami faktor-faktor yang dapat menimbulkan ketertarikan
konsumen.
Faktor yang dapat menjadi obyek daya tarik dari suatu produk
bajakan adalah atribut-atributnya, sedangkan untuk mengelola atau mengemas
obyek tersebut agar memberi daya tarik yang sesuai harus dipahami perilaku dari
pihak yang akan dibuat tertarik yaitu konsumen. Maka pengecer harus memahami
dengan baik terlebih dahulu faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan
perilaku konsumen, khususnya perilaku pembeliannya. Semakin banyak pengecer
atau pemasar mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian
konsumen semakin besar pula kemampuannya untuk mendesain produk atau jasa yang
menarik, mendefinisikan target pasarnya, menentukan program pemasaran strategis
yang sesuai, serta mengetahui pesaing atau competitor yang
mengancam kelangsungan pemasaran sebuah produk.
Konsumen akan memberi reaksi pada stimuli atau rangsangan
yang dirasakannya sehingga berminat untuk membeli produk yang memiliki stimuli
tertentu. Sumber rangsangan dari sebuah produk –baik itu asli maupun bajakan-
adalah atribut-atribut pemasarannya yang menurut banyak ahli disingkat dengan 4P
atau Kotler (2000:431) menyebutnya sebagi atribut program pemasaran yang
terdiri atas:
Produk (Product)
Harga (Price)
Tempat (Place)
Promosi (Promotion)
Apabila konsumen dapat merasakan keberadaan atribut-atribut
pemasaran tersebut maka selanjutnya akan mengalami proses pemilihan,
pengorganisasian dan pemberian arti sehingga sehingga menjadi suatu gambaran
yang berarti dan berkaitan dalam benak konsumen. Proses ini menurut Schiffman
dan Kanuk (1997:146) disebut sebagai persepsi. Pada proses ini juga terjadi
pembandingan antara kenyataan atribut yang dirasakan dengan harapan atau
kriteria evaluasi yang dimiliki oleh konsumen.
Persepsi yang terbentuk terhadap suatu obyek tertentu tidak selalu
sama antara satu konsumen dengan konsumen yang lain, hal ini menurut kotler
(2000:185) disebabkan tiga proses persepsi yaitu perhatian selektif, distorsi
selektif, dan ingatan selektif yang melibatkan kebutuhan, nilai dan harapan
masing-masing individu konsumen. Sementara menurut Schiffman dan Kanuk
(1997:146) persepsi seseorang turut dipengaruhi oleh kebutuhan, nilai-nilai dan
harapannya.
Peranan penting persepsi terhadap pembentukan perilaku individu
tercermin pada pernyataan Kottler (2000:185) yang mengungkapkan bahwa suatu
tindakkan yang dilakukan seseorang (konsumen) yang sudah termotivasi
dipengaruhi oleh bagaimana persepsinya terhadap suatu situasi.
Perilaku yang diperlihatkan oleh konsumen baik individu, kelompok
maupun organisasi terhadap suatu produk baik barang, jasa, gagasan atau
pengalaman meliputi keputusan-keputusan bagaimana memilih, membeli, memakai dan
membuangnya dalam rangka memuaskan kebutuhan dan hasrat mereka. Diantara
keputusan-keputusan tersebut yang merupakan proses pemecahan masalah yang
sangat penting adalah keputusan pembalian. Kebanyakan konsumen berjalan melalui
proses mental yang serupa dalam memutuskan produk yang akan dibeli. Menurut
Kotler (2000:2004-206) untuk sampai kepada keputusan pembelian konsumen akan
melewati lima tahap yaitu pengenalan masalah (problem recognition),
pencarian informasi (information search), evaluasi alternatif (evaluation
of alternatives), keputusan pembelian (purchase decision), dan
perilaku pasca pembelian (post-purchase behavior).
Studi perilaku konsumen terpusat pada cara individu
mengambil keputusan untuk memanfaatkan sumber daya mereka yang tersedia (waktu,
uang, usaha) guna membeli barang-barang yang berhubungan dengan konsumsi. Hal
ini mencakup apa yang mereka beli, mengapa mereka membeli, kapan mereka
membeli, di mana mereka membeli, seberapa sering mereka membeli, dan seberapa
sering mereka menggunakannya.
Menurut
Schiffman dan Kanuk (2004:485), keputusan adalah suatu tindakan untuk memilih
satu pilihan dari beberapa alternatif. Keputusan pembelian dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu sosial, budaya, pribadi, dan psikologis dari konsumen.
Faktor psikologis akan mempengaruhi proses pengambilan keputusan konsumen,
yaitu mengenai apa yang dibutuhkan atau diinginkan, perhatian terhadap berbagai
pilihan produk, pencarian informasi, dan evaluasi mereka diantara berbagai
alternatif yang tersedia.
Dari
uraian diatas maka dapat dituangkan kedalam paradikma penilitian pada gambar
berikut ini :
Model
Kerangka Pemikiran
SITUMULUS
(
Program pemasaran )
|
Marketing mix
|
Produk (
Product )
|
Harga
( price )
|
Tempat
( place )
|
Promosi
( promotion )
|
Nilai-nilai (Values)
|
Kebutuhan (Needs)
|
Harapan (Expectation)
|
Produk Imitasi Jenis Fashion
|
Proses Keputusan
Pembelian Konsumen
|
Pengenalan Kebutuhan
|
Pencarian Informasi
|
Evaluasi Alternatif
|
Keputusan Pembelian
|
Perilaku
Pasca-pembelian
|
Variabel
yang diteliti adalah tulisan yang dicetak tebal
2.
Hipotesis
Berdasarkan uraian
diatas, maka penulis mengambil hipotesis:
“Bahwa penawaran produk
imitasi memiliki pengaruh terhadap proses keputusan pembelian produk fashion
pada konsumen pasar eceran Oesapa Kota Kupang”
H.
JADWAL PENELITIAN
Yang menjadi objek penelitian ini adalah produk imitasi jenis
fashion yang beredar di Pasar rakyat Oesapa kota kupang yeng bertepat pada Jln.
CHR MOOY No.17A, Prop. NTT.
Produk fashion yang
dimaksud penulis disini adalah segala sesuatu yang dapat menunjang bagusnya
penampilan seseorang seperti baju, calana, rok, jaket, dasi, topi, tas, sepatu
& kaos kaki, jam tangan, dan aksesoris tubuh lainnya. Aspek yang diteliti
adalah tingkat konsumsi konsumen terhadap produk imitasi jenis fashion.
Selanjutnya akan diteliti adalah alasan, selera konsumen dan tingkat kepuasan
konsumen terhadap produk imitasi jenis fashion. Tingkat kepuasan konsumen akan
diteliti melalui responden, yaitu konsumen Pasar rakyat Oesapa
Kota Kupang dimana sebagian besar Produk fashion yang beredar disana
didominasi oleh produk-produk imitasi. Lokasi penelitian terbagi atas lokasi
penelitian untuk mendapatkan data primer dan data sekunder. Untuk
data Primer didapat melalui penyebaran kuesioner kepada konsumen Pasar rakyat Oesapa
Kota Kupang. Untuk data sekunder
penulis akan mendapatkannya melalui penelitian pustaka yang didapat dari situs
website, buku-buku dan diktat perkuliahan.
Waktu yang diperkirakan
akan digunakan dalam penelitian ini adalah:
Item penelitian/
Waktu pelaksanaan
|
Bulan
|
||
Juni
|
Juli
|
Agustus
|
|
Pengumpulan
data
|
|
||
Penyusunan
Proposal
|
|
||
Pengolahan Data
|
|
||
Penyelasaian
laporan
|
|
I.
CURICULUM VITAE
J.
DAFTAR PUSTAKA
K.
LAMPIRAN
No comments:
Post a Comment